Gerakan anti-nuklir di Jerman mempunyai sejarah yang panjang, dimulai semenjak awal 1970-an ketika terjadi demonstrasi besar-besaran yang menyuarakan penghentian konstruksi pabrik nuklir di Whyl.
Sejarah Awal
Gerakan anti-nuklir di Jerman dimulai pada demonstrasi pertama 12 April 1971 yang bertempat di pembangkit nuklir Fessenheim (Alsace). Pada saat itu, sekitar 1.000-1.500 orang berkumpul dari Prancis, Jerman Barat, dan Swiss, namun mayoritas berasal dari radius 50 kilometer dari tempat pembangkit nuklir tersebut. Wartawan lokal menyebut demonstrasi pertama ini sebagai sebuah "demonstrasi massa yang impresif" dan "tidak akan dilupakan oleh penduduk Fessenheim". Demonstrasi tersebut melakukan protes secara simbolik, para demonstran berbaris dalam diam sepanjang jalan kota, menutup tanda masuk ke daerah pembangkit nuklir menggunakan kain, kemudian melepaskan balon ke udara sebelum bubar dengan damai.[2]
Demonstrasi Lainnya
1970
Pada tanggal 31 Juli 1977, satu orang tewas dan tiga lainnya terluka parah ketika kepolisian Prancis di Creys-Malville (Rhone-Alpes) menggunakan sebuah granat untuk menghentikan demonstrasi yang diikuti oleh 60.000 partisipan. Beberapa partisipan demonstrasi tersebut telah berjalan sekitar 1.000 kilometer untuk ikut serta dalam demonstrasi. Kurang dari dua bulan kemudian, pada 24 September 1977, otoritas Jerman berusaha mencegah kekerasan serupa dalam demonstrasi di Kalkar (Nordrhein-Westfalen) dengan menyiapkan polisi bersenjata di sepanjang jalan demonstrasi.[2] Pada demonstrasi tersebut, kira-kira 30.000 peduduk Jerman Barat akhirnya berhasil mencapai tempat konstruksi pembangkit nuklir namun ratusan warga asing dilaporkan memblokir jalan menuju tempat konstruksi tersebut. Di daerah Malville dan Kalkar, seperti pula di puluhan tempat lainnya di Jerman dan Prancis yang dibangun pembangkit nuklir, aktivis lingkungan berdemonstrasi menolak sebuah cara memproduksi listrik dengan menggunakan energi nuklir.[2]
Terjadi demonstrasi masa yang bertempat di Kalkar, lokasi pertama FBR (fast breeder reactor / reaktor pembiak cepat) nuklir dan di daerah Brokdof, di utara Hamburg pada tahun 1976 dan 1977. Beberapa demonstrasi yang selalu dimulai dengan damai tersebut diinisiasi oleh World Union for Protection of Life. Masalah di Brokdof hampir serupa dengan di Whyl, dimana peran polisi sangatlah krusial.
Pada Februari 1977,Ernst Albrecht, perdana menteri dari bagian Lower Saxony mengumumkan bahwa daerah Gorleben akan digunakan untuk menyimpan limbah radioaktif dari nuklir. Pemerintah Jerman bekerja sama dengan institut metrologi nasional, PTB (Physikalisch-Technische Bundesanstalt) untuk mulai merencanakan prosedur persetujuan untuk pembuangan limbah radioaktif di kubah garam (salt dome) Gorleben.[3] Muncul protes dari warga lokal dan aktivis anti-nuklir, sekitar sebanyak 20.000 orang ikut serta dalam demonstrasi pertama besar-besaran di Gorleben pada 12 Maret 1977. Protes untuk Gorleben sebagai tempat penyimpanan limbah nuklir terus berlanjut hingga beberapa tahun kemudian. Awalnya, fasilitas pembuangan limbah direncanakan sebagai fasilitas pemrosesan kembali limbah. Diadakan sebuah simposium oleh pemerintah Lower Saxony untuk mengkaji faktor keamanan dan manajemen limbah serta fasilitas pembuangan. Simposium ini diadakan pada 28 Maret - 3 April 1979. Hasil simposium tersebut membuat Ernst Albrecht membuat keputusan pada tanggal 16 Mei 1979 yang terdiri dari tiga poin:
Segera mendirikan tempat penyimpanan limbah jangka panjang untuk limbah pembangkit nuklir.
Promosi untuk penelitian dan pengembangan cara penanganan limbah radioaktif yang aman.
Pengeboran pada kubah garam, jika hasilnya positif, maka pengolahan limbah akan dialokasikan pada kubah garam di Gorleben, namun jika tidak, kembali mengeksplorasi tempat pembuangan lainnya.[3]
Setelah Bencana Fukushima
Pada Maret 2011, pendemo anti-nuklir membentuk barisan sepanjang 45 kilometer dari ibu kota Baden-Wuerttemberg, Stuttgart, menuju Beckarwestheim I. Sekitar 50.000 demonstran turut serta menurut polisi setempat.[4] Tahun sebelumnya, pemerintah Jerman memutuskan untuk memperpanjang waktu pengoperasian 17 pembangkit nuklir yang beberapa sudah berusia lebih dari 30 tahun. Namun setelah terjadi bencana nuklir di Fukushima pada 11 Maret 2011, keputusan konselor Angela Merkel menangguhkan keputusan tersebut.
Perkembangan Gerakan
Pada tahun 2011, konselor Angela Merkel mengumumkan bahwa tujuh dari total tujuh belas pembangkit nuklir di Jerman akan ditutup.[5] Keputusan ini diambil karena pada saat tersebut baru terjadi musibah pembangkit nuklir di Fukushima, Jepang. Penutupan tujuh pembangkit nuklir di Jerman tersebut juga mempengaruhi pembangkit lainnya yang harus menjalankan tes keamanan terbaru.[5]
Lini Waktu
Gerakan anti-nuklir di Jerman secara singkat dapat dicermati pada lini waktu yang dibuat oleh Spiegel Online[6] berikut:
1975: Konflik tentang diajukannya sebuah pembangkit nuklir baru di Whyl.
1976: Bentrokan antara polisi dan komunitas pendemo di lokasi konstruksi Brokdorf.
1977: Bentrokan antara aktivis anti-nuklir dengan petugas keamanan di Brokdorf.
1977: Sekitar 50.000 orang melakukan protes terhadap pembangunan reaktor nuklir di Kalkar, daerah di bawah Rhine.
1979: Menindaklanjuti kecelakaan Three Mile Island, 100.000 orang ikut serta dalam demonstrasi melawan rencana pengoperasian pembangkit nuklir di Gorleben.
1979: Semakin banyak orang yang bergabung dengan gerakan anti nuklir, 150.000 orang berdemonstrasi di Bonn, menuntut penutupan seluruh fasilitas nuklir.
1980: Sekitar 5.000 orang menduduki lokasi rencana pembangunan pembangkit nuklir di Gorleben.
1981: Kerusuhan di Brokdorf antara 10.000 polisi dan 100.000 pendemo anti-nuklir.
1984: Sebanyak 4.000 pendemo anti nuklir memblokade seluruh jalan menuju Gorleben selama 12 jam.
1986: 100.000 orang melakukan demonstrasi di sebuah desa kawasan Bavaria bernama Wackersdorf melawan pengoperasian pembangkit nuklir.
1986: Setelah musibah Chernobyl, ratusan ribu orang berdemonstrasi melawan pengoperasian pembangkit nuklir di banyak tempat.
1995: Semenjak pertengahan tahun 1990-an, gerakan anti nuklir diarahkan untuk menolak transportasi limbah radioaktif yang dinamakan kontainer "castor".
1996: Perlawanan terhadap pemindahan kontainer castor yang membawa limbah nuklir dari La Hague di Prancis menuju Gorleben.
1997: Kontainer castor ketiga kalinya mencapai Gorleben walaupun ditolak oleh ribuan pendemo.
2004: Seorang pendemo berusia 21 tahun tewas saat melakukan protes menolak transport castor karena sebuah kereta melukai kakinya.
2008: 15.000 orang kembali melakukan protes akibat diangkutnya kontainer castor ke-sebelas.
2009: Puluhan ribu orang melakukan demonstrasi di Berlin dengan moto "Non-Aktifkan Pembangkit Nuklir".
2010: 120.000 orang membentuk rantai manusia sepanjang 120 kilometer yang menghubungkan pembangkit nuklir di Krummel dan Brunsbuttel untuk menunjukkan protes terhadap kebijakan pemerintah mengenai nuklir.
2011: Menindaklanjuti kecelakaan nuklir Fukushima I pada bulan maret, diadakan demonstrasi oleh para Manwachen (pendemo) pada setiap Senin di ratusan tempat di Jerman, yang setiap kali mencapai 100.000 pendemo. Pada 26 Maret, 250.000 orang melakukan protes melawan energi nuklir di empat kota (Berlin, Cologne, Hamburg, dan Munich). Pada 31 Mei, konselor Angela Merkel mengumumkan akan menutup industri nuklir Jerman pada 2022.