Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) atau biasa dikenal dengan Yayasan GNOTA adalah sebuah organisasi sosial nirlaba, independen dan transparan yang didirikan pada tanggal 29 Mei 1996. Ini adalah sebuah gerakan inisiatif dari masyarakat untuk menjaga agar anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan dasar sebagai landasan meraih masa depan yang lebih baik.[1][2]
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 Tahun menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan agar anak-anak wajib mendapatkan minimal pendidikan dasar. Faktanya, walaupun sekolah negeri telah membebaskan biaya sekolah dan siswa tidak perlu lagi harus membeli buku-buku pelajaran, ribuan anak-anak Indonesia berhenti bersekolah karena kondisi ekonomi keluarganya. [4]
Melalui GNOTA, orang tua asuh dapat berperan dalam membantu menyediakan seragam sekolah, sepatu, buku, pena dan pensil, tas sekolah dan berbagai kebutuhan pribadi anak untuk bersekolah sehingga anak-anak dapat lebih fokus belajar. Peranan sederhana yang sering terlewatkan namun memiliki dampak yang sangat besar agar anak-anak tetap mau bersekolah. [5][6][7]
Sejarah
GNOTA dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang, Jawa Tengah dan gerakan nasional ini diikuti secara simultan oleh 27 propinsi lainnya. Peluncuran GNOTA dimaksudkan untuk mendukung Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 6 tahun. Pada tahun 1994, wajib belajar ini ditingkatkan menjadi 9 tahun untuk pendidikan sekolah dasar dan menengah pertama. [5]
Pada tanggal 20 Agustus 1996, GNOTA menjadi sebuah lembaga agar dapat lebih meningkatkan kesadaran serta mendorong masyarakat untuk bergabung membentuk masa depan negeri dengan memberikan kesempatan pendidikan dasar kepada anak-anak yang kurang mampu.
Pada tanggal 10 November 1999, Lembaga GNOTA ditingkatkan dan dilegalisasikan menjadi sebuah Yayasan.
Pada tanggal 20 November 2006, Lembaga Yayasan GNOTA menyesuaikan Anggaran Dasarnya agar sejalan dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No.16 Tahun 2011 tentang Yayasan.
Program GNOTA
• Satu Demi Satu/Index of Hope.
Index of Hope merupakan salah satu program GNOTA yang mengajak orang perorangan untuk membantu satu anak asuh. Orang tua asuh dapat memilih paket program bantuan 3 tahun (Sekolah Dasar), 6 tahun (Sekolah Dasar) atau 3 tahun (Sekolah Menengah Pertama) untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak asuhnya. [4][6][2]
• Gallery of Hope.
Gallery of Hope merupakan program dimana GNOTA menghubungkan para pengrajin lokal dan UMKM dari seluruh Nusantara dengan para pelanggan, khususnya yang memiliki minat dalam seni tradisi. Dengan program tersebutm GNOTA menyediakan produk yang unggul dan khas tradisi lokal. GNOTA percaya bahwa di setiap rumah modern ada ruang tambahan untuk barang-barang khas tradisional yang mengingatkan akan masa silam, kekeluargaan dan budaya. GNOTA juga percaya bisnis yang etis, karena itu 100% keuntungan dari Gallery of Hope didonasikan untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu dan rawan putus sekolah agar bisa terus bersekolah. [4]
• Sound of Hope.
GNOTA bekerja sama dengan berbagai komunitas seni seperti Saung Angklung Mang Udjo. GNOTA menyediakan angklung untuk mengajarkan musik kepada anak-anak agar menciptakan musik yang indah, solidaritas, disiplin dan kerja sama yang baik dengan orang lain. GNOTA percaya pelajaran melalui nada dan musik merupakan hal yang sangat berharga untuk anak-anak. Oleh karena itu, GNOTA selalu berusaha mengajak para orang tua asuh untuk ikut terlibat dalam program ini. [4]
• Travel of Hope.
GNOTA mengajak masyarakat untuk ikut berjalan dan berwisata bersama ke sekolah-sekolah yang menerima donasi agar dapat merasakan dan mengalami langsung, pengalaman philantropis dan sekaligus menikmati pemandangan Indonesia yang indah serta mencicipi berbagai makanan khas lokal. [4] Diarsipkan 2023-05-28 di Wayback Machine. [2]
• Pundi of Hope.
GNOTA berusaha menyebarkan semangat berbagi kepada anak dengan mengajak anak-anak dari keluarga mampu untuk membeli pundi celengan untuk anak-anak asuh. Anak dari keluarga mampu akan belajar menabung dan menyisihkan uangnya untuk dimasukkan ke dalam pundi celengan. Saat pundi celengan sudah penuh, mereka akan mendonasikannya kepada anak asuh, supaya tetap dapat bersekolah. Program ini merupakan proses pembelajaran bagi anak-anak untuk saling membantu sesama terutama agar seluruh anak-anak Indonesia dapat bersekolah. [4]
• Friends of Hope.
Dikenal pula dengan istilah Sahabat GNOTA, merupakan relawan-relawan dari berbagai latar belakang profesional yang bergabung untuk membantu dan mendukung program GNOTA sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. [4]
• Garage Sale for Hope.
Pada program ini, GNOTA berupaya menanamkan sifat sosial masyarakat dengan mendonasikan barang-barang layak guna mereka seperti pakaian, sepatu, mainan anak-anak, buku-buku dan barang-barang lainnya. Masyarakat dipesilahkan secara sukarela menyumbangkan dan mengirimkannya kepada GNOTA. Nantinya, GNOTA akan menjual barang-barang tersebut kembali ke masyarakat yang membutuhkan dengan harga terjangkau. Hasil penjualan sepenuhnya akan digunakan untuk membantu pendidikan anak asuh GNOTA.
• CSR for Education.
Melalui program tersebut, GNOTA biasanya bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk menjalankan program-program Corporate Sosial Responsibility, khususnya di bidang pendidikan. Perusahaan dapat berdonasi melalui GNOTA untuk memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak asuh di area produksi perusahaan mereka atau wilayah lain yang memerlukan bantuan. [4]
• Zakat/Alms of Hope.
Dengan adanya program zakat ini, masyarakat dapat mendistribusikan zakat, sedekah, dana atau sumbangan mereka sesuai keyakinan agama masing-masing melalui GNOTA berapapun jumlahnya. Selanjutnya, GNOTA akan mengumpulkan dan menggabungkan seluruh sumbangan tersebut untuk kemudian digunakan sebagai bantuan pendidikan bagi anak asuh. [4]
Referensi
[1] Diarsipkan 2023-05-28 di Wayback Machine. M. S. Hutomo, “Kiprah 20 Tahun GNOTA di Indonesia,” Liputan6.com, 2016. [Online]. Available: https://www.liputan6.com/citizen6/read/2518560/kiprah-20-tahun-gnota-di-indonesia.
[2] S. HAMDANI, “GNOTA Aims to Give Indonesian Kids a Better Future,” jakartaglobe.id, 2018. [Online]. Available: https://jakartaglobe.id/news/gnota-aims-give-indonesian-kids-better-future/.
[3] Tempo.co, “Gerakan Move On untuk Pendidikan Anak Indonesia,” Tempo.co, 2014. [Online]. Available: https://gaya.tempo.co/read/575121/gerakan-move-on-untuk-pendidikan-anak-indonesia/full&view=ok.
[4] Duniafintech.com, “TEKAN ANGKA ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI GNOTA,” Duniafintech,com, 2018. [Online]. Available: https://duniafintech.com/tekan-angka-anak-putus-sekolah-melalui-gnota/.
[5] P. Matanasi, “Ini Ibu Budi: Mengenang Lahirnya Program Wajib Belajar,” tirto.id, 2019. [Online]. Available: https://tirto.id/ini-ibu-budi-mengenang-lahirnya-program-wajib-belajar-dngo.
[6] D. Ramdan, “Blibli salurkan donasi untuk dunia pendidikan,” Kontan.co.id, 2018. [Online]. Available: https://nasional.kontan.co.id/news/blibli-salurkan-donasi-untuk-dunia-pendidikan.