Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Gemu ramu ini merupakan sebuah kebiasaan ritual yang sering dirayakan setiap tahunya di desa Riang bura kecamatan Ile bura kabuaten Flores Timur. ceremonial ini berupa pengambilan ramuan-ramuan yang berada di hutan guna untuk menyembuhkan segala penyakit dan mengatasi gangguan roh halus. selain untuk menyembuhkan penyakit ritual ini juga sebagai wujud permohonan kepada sang kuasa dan leluhur agar memperoleh hasil panen yang berlimpah.[1]
Ada beberapa ritual yang harus dilakukan Dalam ritual ini, ada beberapa ritual yang dilakukan dimana para warga yang akan memasuki hutan rimba dengan mengambil ramuan-ramuan yang berasal dari akar tanaman untuk dijadikan sebagai obat-obatan. . warga yang melakukan ritual tersebut disebut Molan. ritual seperti ini dipercayai warga bahwa dapat melawan dan mengusir roh jahat.
setelah mendapatkan ramuan para molan akan melanjukan ritual berperang melawan roh-roh ahat yang sering menganggu ketentraman mereka.
Untuk melakukan ritual perang melawan roh jahat ini, para tabib menarikan tarian adat bernama Wede sebagai lambang mereka memenangkan perang.
Setelah berperang, para tabib (molan) kemudian melakukan ritual pemberkatan ramuan di rumah adat yang dilanjutkan dengan doa dan makan bersama di rumah adat. Makanan yang disajikan dihidangkan dalam wadah yang terbuat dari kulit pohon sebagai pengganti piring atau Kela dalam bahasa setempat.[1]
Sementara, air minum ditampung dalam tempurung kelapa yang disebut Neak. Sedangkan, sendoknya terbuat dari tempurung atau Nuro. Tempat untuk makan dalam upacara ini, tidak boleh menggunakan alat alat dari besi, karena zaman dahulu, nenek moyang kita belum mengenal itu semua.
Setelah upacara doa dan makan selesai, ramuan-ramuan yang telah didoakan kemudian diolah. Selanjutnya, air ramuan itu dibagikan kepada semua warga kampung untuk diminum. Masyarakat setempat percaya air ramuan itu sebagai pengusir roh jahat dan mampu menyelamatkan seluruh warga desa dari segala gangguan.