Gempa bumi Bam 2003
mengguncang provinsi Kerman di tenggara Iran pada pukul 01:56 UTC (5:26 AM Waktu Standar Iran) pada 26 Desember. Guncangan tersebut memiliki skala kekuatan momen sebesar 6.6 dan skala intensitas Mercalli maksimum sebesar IX (Hebat). Pecahnya permukaan tanah yang terkait dengan Sesar Bam diamati. Longsor terjadi di wilayah episentrum gempa.
Gempa bumi tersebut utamanya merusak di kawasan Bam, dengan jumlah korban tewas sebanyak sekitar 34.000 jiwa dan korban luka berjumlah lebih dari 30
000 orang.[1] Efek gempa diperparah dengan penggunaan bata lumpur sebagai media konstruksi, banyak bangunan dari daerah tersebut tidak sesuai dengan peraturan bangunan tahan gempa, berdasarkan undang-undang yang ditetapkan pada tahun 1989.
Setelah gempa bumi, pemerintah Iran secara serius mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota Teheran ke tempat lain, karena takut akan terjadi gempa bumi yang serupa dengan peristiwa, gempa bumi Bam.[3]
Dampak dan korban
Benteng Bam sebelum dan sesudah gempa
Sebelum
Sesudah
Setidaknya 34.000 orang tewas dan 200.000 terluka. Dalam hal korban jiwa, gempa tersebut adalah yang terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah Iran. BBC melaporkan bahwa sebagian besar korban tertimbun reruntuhan saat tidur.[4]
Hingga 90% bangunan dan infrastruktur di kawasan Bam rusak atau hancur, dengan 70% rumah hancur total, ditambah 70–90% kawasan pemukiman Bam. Hal ini menyebabkan sekitar 100.000 orang kehilangan tempat tinggal.[5] Tidak ada satu rumah pun yang berdiri di Baravat. Sebuah pusat regional yang penting selama abad ke-16 dan ke-17, Bam memiliki banyak bangunan yang tidak dibangun untuk bertahan dari kerusakan tersebut. Banyak rumah di Bam merupakan rumah buatan sendiri, dan pemiliknya tidak menggunakan tenaga terampil atau bahan bangunan yang tepat untuk menahan gempa dalam konstruksinya. Ini sering kali dibangun dengan gaya batu bata lumpur tradisional.[6] Mohsen Aboutorabi, profesor arsitektur di Universitas Central England, menunjukkan kurangnya bahan bangunan yang baik dengan membenturkan dua batu bata ke dalam Bam, sehingga mengakibatkan retak. Di sisi lain, peraturan Iran yang ditetapkan dalam kode seismik Iran tahun 1989 lebih baik ditegakkan di gedung-gedung tinggi dan gedung pencakar langit.
Banyak rumah di Bam adalah buatan sendiri, dan pemiliknya tidak menggunakan tenaga terampil atau bahan bangunan yang layak untuk menahan gempa dalam konstruksinya. Ini sering dibangun dengan gaya bata lumpur tradisional sehingga ketika gempa terjadi banyak bangunan yang runtuh.[7]
Setelah bencana tersebut, kota ini direnovasi ulang dengan standar konstruksi bangunan tahan gempa, berdasarkan tahun 1978.
Respon
Pasca gempa bumi Bam, pemerintah Iran mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota negara dari Teheran ke lokasi lain karena takut akan terjadinya peristiwa gempa yang menghancurkan kota seperti yang menimpa Bam.[8] Teheran terletak pada patahan besar yang menurut para ilmuwan, Teheran mungkin akan mengalami gempa dahsyat yang serupa dalam waktu dekat. Ibu kota baru yang paling banyak dikutip Iran adalah Isfahan, sebuah kota di Iran tengah yang sebelumnya berfungsi sebagai ibu kota hingga dipindahkan ke Teheran pada tahun 1788.
^Fathi, Nazila (December 26, 2003). "Deadly Earthquake Jolts City in Southeast Iran". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 20, 2009. Diakses tanggal ONovember 24, 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)