Gajendramoksa (Dewanagari: गजेन्द्रमोक्षः; ,IAST: Gajendramokṣaḥ,; arti harfiah: "Pembebasan Gajendra") adalah suatu legenda Hindu (Purana) yang termaktub dalam skanda (bab) ke-8 kitab Bhagawatapurana, suatu pustaka suci agama Hindu. Legenda ini merupakan salah satu kisah masyhur yang mengagungkan dewa pemelihara semesta, Wisnu.
Dalam kisah tersebut, Dewa Wisnu turun ke dunia untuk menyelamatkan seekor gajah bernama Gajendra yang sedang berjuang melawan cengkeraman seekor buaya (disebut Makara atau Huhu). Atas pertolongan dari Wisnu, maka Gajendra mencapai moksa, yaitu pembebasan dari siklus lahir-mati. Akhirnya atma (roh) Gajendra berubah menyerupai sang dewa (sarupyamukti), dan menuju Waikuntha bersama Wisnu. Kisah ini termuat sebagai cerita berbingkai, dengan Sukadewa sebagai naratornya. Ia menuturkannya atas permohonan Raja Parikesit.[1]
Legenda
Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa sekawanan gajah hidup di suatu taman bernama Retumat, ciptaan Dewa Baruna, letaknya di Gunung Trikuta atau "Gunung Berpuncak Tiga". Mereka dipimpin oleh Gajendra (secara harfiah berarti "pemimpin gajah", gabungan katagaja yang berarti "gajah" dan indra yang berarti "pemimpin"). Ia terbiasa memuja Dewa Wisnu dengan cara mempersembahkan bunga teratai yang tumbuh di sekitar danau dekat tempat tinggalnya.[2]
Pada suatu hari, kakinya dicengkeram oleh seekor buaya saat hendak memetik teratai. Gajendra berusaha melawan sambil berteriak meminta tolong kepada kawanan gajahnya. Para gajah pun mendekati tempat kejadian, tetapi tidak ada yang berani menolongnya. Dengan memasrahkan keadaan Gajendra, akhirnya mereka meninggalkannya. Setelah itu, dengan sisa tenaganya, Gajendra meminta pertolongan kepada Dewa Wisnu. Sang dewa segera menuju tempat kejadian setelah mendengarkan permohonan Gajendra. Ketika Gajendra menyaksikan bahwa penolongnya telah datang, ia segera mengangkat teratai tinggi-tinggi sebagai persembahan, dengan belalainya. Wisnu berkenan dengan sikap Gajendra, dan segera melayangkan senjata Cakra Sudarsana miliknya untuk memenggal kepala buaya. Setelah selamat, Gajendra bersujud di hadapan Wisnu.
Sang dewa berkata bahwa pada kehidupan sebelumnya, Gajendra adalah seorang raja bernama Indradyumna, penguasa kerajaan Pandya (wilayah Tamil Nadu sekarang). Sang raja merupakan seorang pemuja Wisnu, tetapi dikutuk agar bereinkarnasi menjadi gajah karena berbuat tidak menyenangkan kepada orang suci bernama Resi Agastya. Menimbang bahwa Indradyumna adalah seorang pemuja Wisnu, maka sang dewa mengaturnya agar terlahir sebagai Gajendra dan menjadikannya paham akan konsep Kewalya, yang melampaui pencapaian surga dan Urdhwaloka, kediaman para dewa. Dalam wujud sebagai Gajendra, Indradyumna mampu mencapai moksa setelah melepaskan keakuan dan keraguannya, serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Wisnu.[3]
Referensi
^"CHAPTER TWO". vedabase.io (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-11.