Gajah gurunGajah gurun bukanlah spesies gajah tertentu namun adalah gajah semak Afrika (Loxodonta africana) yang membuat rumah mereka di gurun. Saat ini, mereka hanya dapat ditemukan di Namibia dan Mali. Gajah gurun atau Gajah padang pasir yang berada di wilayah Kunene, Namibia adalah suatu populasi khusus yang beradaptasi hidup pada sebuah lingkungan yang sangat kering. Mereka adalah salah satu dari hanya dua populasi gajah gurun yang ada di dunia (yang lain berada di Mali, Afrika Utara) dan memiliki sejumlah fisik khusus dan tingkah laku yang berbeda. Ada beberapa spekulasi bahwa gajah gurun merupakan suatu subspesies yang terpisah. Tetapi pergerakan gajah jantan antara wilayah savana seperti Etosha dan gurun menunjukkan bahwa ada pertukaran genetik yang cukup bahwa mereka bukan suatu subspesies yang unik. Namun, gajah gurun Namibia luar biasa pada beberapa perilaku belajar mereka. Seperti migrasi jarak jauh, yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan yang sulit ini.[1] Karakteristik fisikGajah gurun kira-kira memiliki kesamaan ukuran tubuh seperti gajah savana. Walaupun ukuran tubuhnya mungkin kelihatan kurang besar, kemungkinan disebabkan mengurangi jumlah makanan yang dimakan. Kaki mereka tampaknya lebih lebar, mungkin sebagai akibat dari berjalan jarak jauh di pasir, yang menyebabkan alas kaki menjadi renggang keluar. Seekor gajah jantan dapat tumbuh maksimal hingga seberat 6 ton (6.000 kg) dan setinggi 4 meter di bahu. Gajah betina biasanya sedikit lebih dari setengah berat itu. Gajah dikenal hidup 60+ tahun di penangkaran, tapi paling mungkin hidup lebih pendek di alam liar. Tidak diketahui persis usia tertua gajah pada populasi gajah di gurun, tapi diperkirakan bahwa beberapa mungkin 40-50 tahun. Gajah hanya memiliki 4 gigi, satu pada masing-masing sisi dari bagian atas dan bawah rahang. Mereka tumbuh 6 set dari gigi-gigi baru sepanjang hidupnya, dan mungkin mati kelaparan di usia tua saat mereka tak dapat lama mengunyah. Gading merupakan gigi khusus yang terus tumbuh sepanjang hidup gajah. Kondisi kekurangan gading merupakan suatu ciri terwarisi yang cenderung berlangsung pada kelompok famili. Ciri kekurangan gading di temukan pada gajah betina gurun, tak pernah pada jantan. Namun keduanya gajah jantan dan betina cenderung mengalami kerusakan gading, yang mungkin membuat mereka tampil tanpa gading untuk sementara, hingga gading muncul lagi. Populasi di Hoarusib dan hoanib, kira-kira 6 gading muncul dari 20 gajah betina yang tak bergading.[1] Referensi
|