Cerita dan praktik yang dianggap sebagai bagian dari folklor Korea sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Cerita-cerita ini berasal dari berbagai asal usul, termasuk Shamanisme, Konfusianisme, Buddhisme, dan yang terbaru adalah Kekristenan.
Banyak tradisi rakyat berkembang di daerah pedesaan seperti desa. Tradisi-tradisi ini sering kali berhubungan dengan rumah tangga dan pertanian, serta memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat. Pertunjukan cerita rakyat mencerminkan hal ini, dengan para pemainnya sering kali mendorong dan menarik perhatian penonton. Tradisi dan cerita diwariskan secara lisan, meskipun contoh-contoh tertulis muncul mulai abad ke-5.
Meskipun banyak tradisi yang kurang dipraktikkan atau dimodernisasi, cerita rakyat tetap tertanam kuat dalam masyarakat Korea, terus memengaruhi bidang-bidang seperti agama, cerita, seni, dan adat istiadat.
Jenis
Ada banyak jenis folklor dalam budaya Korea, termasuk Imuldam (이물담), yang berfokus pada makhluk gaib seperti monster, goblin, dan hantu. Makhluk yang paling umum adalah Dokkaebi (도깨비), yang dianggap sebagai versi Korea dari goblin. Namun, istilah ini berbeda dari konsep goblin Eropa karena mereka tidak memiliki karakteristik jahat atau setan. Sebaliknya, mereka adalah makhluk dengan kekuatan yang berusaha membawa orang-orang ke dalam kesenangan maupun kesengsaraan. Makhluk-makhluk ini terlibat dalam perilaku ramah atau mengganggu dengan manusia. Kehadiran makhluk-makhluk ini dianggap terkait dengan kesulitan dan kesenangan dalam hidup.[1]
Saat ini cerita rakyat Korea berasal dari berbagai sumber, termasuk Shamanisme, Konfusianisme, Buddhisme dan baru-baru ini Kristen.[2] Cerita rakyat Korea mulai diorganisasikan setelah ceramah cerita rakyat dimulai oleh Cho Chi-hun.
Lihat pula
Referensi
Pranala luar