Festival Gadhimai adalah festival Hindu yang diadakan sekali setiap lima tahun di candi Gadhimai Bariyapur, Distik Bara, sekitar 100 mil (160 km) selatan ibu kota Kathmandu di Nepal bagian selatan. Perayaan ini melibatkan persembahan hewan (meliputi kerbau, babi, kambing, ayam, dan merpati) terbesar di dunia yang bertujuan menyengkan Gadhimai, dewi kekuasaan.[1]
Deskripsi
Sekitar 5 juta orang berpartisipasi dalam festival ini dengan mayoritas orang India dari negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar. Mereka menghadiri festival di Nepal karena persembahan hewan dalam ritual ini dicekal di negara mereka sendiri.[2][3]
Mereka mempercayai hewan yang dipersembahkan untuk dewi Gadhimai akan mengakhiri kejahatan dan membawa kesejahteraan.[4]
Sebulan sebelum ritual pada tahun 2009, pemerintah Nepal menyatakan akan terjadi "kekurangan" kambing untuk ritual persembahan, begitu juga untuk konsumsi daging kambing selama festival. Mereka kemudian menghimbau melalui radio agar para peternak menjual hewan-hewan mereka.[5]
Festival dimulai pada 24 November 2009, dan persembahan hewan selesai pada tanggal 25 November, dengan pendeta kepala candi melakukan ritual persembahan Saptabali yang meliputi persembahan tikus putih, merpati, ayam jantan, bebek, angsa, dan kerbau jantan. Lebih dari 20.000 kerbau dipersembahkan pada hari pertama.[6] Diperkirakan 300.000 hingga 500.000 hewan dikorbankan selama festival Gadhimai tahun 2009.[2] Ritual pengorbanan dilakukan oleh lebih dari 200 laki-laki di rumah jagal beton di dekat candi.[7] Tiga orang anak peziarah yang datang untuk menyaksikan festival Gadhimai meninggal karena hawa dingin ekstrem.[6] Enam orang meninggal setelah minum "nonsen" campuran.[3]
Festival ini memicu sejumlah protes dari aktivis hewan. Pada tahun 2009, sejumlah aktivis termasuk diantaranya Brigitte Bardot dan Maneka Gandhi melakukan usaha untuk menghentikan ritual ini dengan menulis kepada pemerintah Nepal untuk menghentikan pengorbanan.[8][9] Seorang pejabat pemerintah berkomentar bahwa mereka tidak akan "ikut campur dalam tradisi masyarakat yang telah berlangsung bertahun-tahun".[2] Ram Bahadur Bomjon, yang diklaim oleh para pengikutnya sebagai reinkarnasi Buddha, mengatakan akan berusaha menghentikan persembahan dalam festival, mengkotbahkan anti-kekerasan, dan memberi pemberkatan di tempat itu.[10][11] Janjinya itu memicu pemerintah mengirim pasukan tambahan untuk menghindari insiden, namun Bomjon tidak muncul.[11]
Setelah festival, daging, tulang, dan kulit dari binatang yang dipersembahkan dijual ke perusahaan pengolahan dan pengulitan di India dan Nepal.[1] Sejumlah anggota kasta 'dalit' dari golongan 'Chamar' (penyamak kulit) terbiasa mengonsumsi daging kerbau dari perayaan. Tahun ini meskipun muncul protes dari kelompok Dalit dan usaha pemboikotan konsumsi daging oleh para dalit, banyak dalit yang mengunjungi candi dan mengambil daging untuk dikonsumsi.
Referensi