EtnosainsEtnosains berasal dari bahasa Yunani ethnos yang berarti ‘bangsa’ dan scentia yang berarti ‘pengetahuan’.[1] Berikut merupakan beberapa definisi etnosains dari beberapa ahli. Etnosains adalah intrepretasi dan pemahaman suatu kelompok masyarakat lokal tertentu yang asalnya dari norma dan kepercayaan yang mereka miliki[2]. Etnosains didefiniskan sebagai suatu kegiatan mentransformasikan pengetahuan alam yang dilakukan oleh masyarakat mengenai fakta masyarakat yang bersumber dari nenek moyang berupa kepercayaan dan mitos turun temurun.[3] Ahli lain menyebutkan bahwa etnosains merupakan pengetahuan yang berasal dari kebudayaan masyarakat dan mampu menjadi dasar untuk membangun sebuah realitas yang menekankan pada relasi antara budaya dan pengetahuan ilmiah modern.[4] Etnosains merupakan salah satu cabang ilmu budaya yang mengkaji mengenai cara mayarakat lokal dalam memahami alam mereka berdasarkan ideologi dan falsafah hidup.[5] Etnosains adalah sistem pengetahuan dan proses mental yang khas dari budaya tertentu.[1] Etnosains merupakan salah satu bentuk dari etnografi baru karena membangun teori berdasar etno dan folk.[6] Dimensi etnosainsEtnosains mencakup beberapa cabang ilmu, yakni etnobiologi, etnokimia, etnofisika, etnomatematika, etnomedisin, pertanian hingga pengelolaan makanan. Konsep dasar pengetahuan asli masyarakat lokal berdasarkan budaya dan lingkungan diabadikan dan dipraktikkan dalam kehidupan secara turun temurun melalui pengetahuan, mitos dan kepercayaan pada suatu hal yang berkaitan dengan supernatural.[1] Lima aspek yang menjadi cakupan utama dalam studi etnosains.[7]
Berikut bidang kajian etnosains
Pengetahuan asli masyarakat dan sains ilmiahPengetahuan asli masyarakat tradisional dalam memandang alam sekitarnya telah diabadikan dan terlihat dalam bentuk-bentuk simbol, adat istiadat, kepercayaan, dan konsep-konsep sosial yang belum terpetakan dalam sains ilmiah.[9] Pengetahuan tersebut menjadi suatu kesepakatan yang diturunkan dari generasi ke generasi yang dilakukan secara tak resmi, tidak terorganisir secara struktur, terlebih kurikulum. Pengetahuan asli masyarakat mengenai alam mereka tidak sama dengan pengetahuan sains modern. Bedanya adalah jika pengetahuan asli masyarakat diturunkan dai generasi ke generasi, pengetahuan sains didapatkan melalui proses pembelajaran ilmiah, kerja ilmiah, dan didapatkan melalui metode dan langkah-langkah ilmiah. Pengetahuan asli masyarakat tersebut akan menjadi salah satu langkah awal bagi kerja sains ilmiah untuk memberikan pencerahan berupa kajian dan pembuktian berdasarkan keilmuan. Maka dari itu, karakteristik pengetahuan asli masyarakat adalah tidak terformulasikan sebagai sumber belajar. Boleh jadi bila terdapat catatan mengenai keilmuan dan pengetahuan mengenai alam, catatan-catatan tersebut bersifat sederhana. Selain itu, pengetahuan asli masyarakat didasarkan pada pengalaman yang belum pernah dikaji secara keilmuan yang sifatnya teknis atau sain. Manifestasi etnosainsSalah satu bentuk manifestasi dari etnosains yang ada di Indonesia adalah Tanaman Obat Keluarga (TOGA). TOGA adalah tanaman hasil budidaya yang memiliki potensi atau menfaat menjadi obat. TOGA juga diartikan sebagai sebidang tanah yang digunakan sebagai media untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat untuk mengobati suatu penyakit. Hakekatnya, tanaman-tanaman yang menjadi bagian dari TOGA dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan tradisional untuk keluarga. Obat-obatan tersebut dapat dibuat sendiri. Lingkup utama pengguna TOGA adalah keluarga, namun tidak jarang bahwa TOGA tersebut menjadi persediaan bagi masyarakat sekitar yang juga membutuhkannya. Masyarakat memilih TOGA menjadi salah satu alternatif pengobatan dikarenakan lebih aman dan tidak memiliki efek samping, murah, dan mudah. Contoh-contoh jenis tanaman yang termasuk TOGA adalah jahe, kunyit, kemangi, sereh, lengkuas, dan lain sebagainya.[10] Referensi
|