Enrique dari MelakaEnrique dari Melaka atau Henry The Black dan Enrique of Malacca merupakan seorang keturunan melayu yang turut serta dalam misi pelayaran Ferdinand Magellan untuk mengelilingi dunia. Ia seorang penerjemah dan navigator di dalam kapal Ferdinand Magellan saat memasuki wilayah Asia. Ia telah diberikan nama Kristen 'Enrique' (bahasa Spanyol) atau 'Henrique' (bahasa Portugis) setelah dibaptis dalam Gereja Katolik Roma oleh pihak Portugis pada hari penangkapannya yang merupakan perayaan St. Henry. Asal usul Enrique diperdebatkan oleh ramai sejarawan. Ada yang menyatakan dia dari Melaka, Sumatera, Maluku dan dari Cebu. Sumber mengenai Enrique hanya dalam tulisan Pigafetta, wasiat Magellan, dan dokumen resmi Casa de Contratación de las Indias. Pembaptisan Enrique diakui oleh Magellan dalam surat wasiatnya. Magellan menyatakan bahwa ia orang Malaka. Antonio Pigafetta, Ginés de Mafra, Antonio de Herrera y Tordesillas, Juan Sebastián Elcano, dan Bartolomé de las Casas menyatakan bahwa ia seorang budak di kapal. Portugis menyerang Melaka 1511Magellan bersama Diego Lopez de Sequiera berlayar ke Melaka pada 1 September 1509 dan merupakan pelaut Eropa pertama yang berhubungan langsung dengan Semenanjung Tanah Melayu. Magellan juga terlibat dalam menyerang Melaka pada tahun 1511 dan menawan banyak pemuda Melayu untuk dijadikan santapan makanan. Salah satunya adalah 'Enrique' yang diperkirakan berusia 18 tahun. Magellan membawanya kembali ke Spanyol. Enrique yang terlibat dalam perlawanan Malaka melawan Magellan, kemudian dijadikan budak dan selanjutnya diharapkan menjadi penerjemah bagi Magellan untuk berhubungan dengan orang-orang di Asia Tenggara menuju Lisbon pada tahun 1512. Misi kapal SpanyolKisah pelayaran Ferdinand Magellan dicatat dalam diari Antonio Pigafetta, seorang relawan Italia yang turut serta bersama Ferdinand Magellan. Ia mengatakan Enrique adalah seorang Melayu yang ditangkap dan dijadikan hamba dalam kapal tersebut. Ketika Raja Portugis menolak permintaannya berlayar keliling dunia, Magellan beralih kepada Raja Charles I dari Spanyol pada 1517. Portugis telah menguasai Melaka dan kepulauan rempah khususnya di Maluku. Magellan memberi saran kepada Spanyol bisa menguasai perdagangan rempah di Asia Tenggara melalui jalur barat. Raja Charles I setuju dengan saran Magellan itu. Akhirnya Magellan diberikan lima kapal bekas, San Antonio, Conception, Victoria, Santiago dan kapalnya sendiri Trinidad bersama kelasi sebanyak 270 orang. Mereka meninggalkan pelabuhan Sanlucar de Barrameda pada 20 September 1519. Mereka berlayar menyeberangi Samudra Atlantik. Kemudian tiba di benua Amerika Latin dan menyeberangi Samudra Pasifik. Sampai di FilipinaAkhirnya pada 16 Maret 1521, setelah berlayar selama 18 bulan, mereka sampai di satu lokasi di kepulauan Filipina yang bernama Samar. Tempat ini dianggap masih jauh dari kepulauan rempah di Nusantara. Pemuda yang bernama Enrique bertindak sebagai juru bahasa karena bahasa di Filipina dan Nusantara dipahami oleh Enrique untuk mendapatkan pasokan makanan, minuman, pertukaran barang, berhubung dengan pedagang, mengirim pesan perdamaian dan berhubungan dengan pemimpin dan masyarakat setempat di Nusantara. Di Kepulauan Cebu, Filipina, Ferdinand Magellan telah terhubung dengan Raja Humabon. Raja Humabon bersama 800 orang rakyat di Cebu, Filipina berhasil dibaptis oleh Ferdinand Magellan. Magellan menyatakan penduduk Cebu sebagai warga Tuhan Spanyol. Magellan memanggil penduduk Cebu sebagai 'Indian' karena berkulit gelap sebagaimana penduduk selatan India. Raja Humabon meminta Magellan membantunya memadamkan pemberontakan di desa Mactan yang dipimpin oleh Lapu Lapu. Pada hari Sabtu 27 April 1521 Magellan menyerang kampung Lapu Lapu dengan 60 orang menggunakan senapan, meriam, senjata besi dan lain-lain. Sementara Lapu-lapu bersama 1500 pahlawan hanya menggunakan bambu runcing dan panah beracun. Sayangnya Magellan menjadi korban pertama serangan karena lengan kanannya terkena panah beracun. Pengikut Magellan pula lari lintang - pukang kembali ke kapal untuk menyelamatkan diri dari serangan balasan yang tidak terduga itu. Magellan telah tersungkur dan mati. Peperangan disebut dalam sejarah Filipina sebagai Perang Mactan. Dugaan pengkhianatanMeskipun dicatat telah tewas saat Magellan sampai di Cebu, sebenarnya Enrique masih hidup pada tanggal 1 Mei 1521. Ia ikut dalam jamuan makan bersama Rajah Humabon. Antonio Pigafetta mencatat bahwa João Serrão yang selamat dari pembantaian, bersaksi bahwa semua peserta jamuan itu dibantai, kecuali Enrique. Argumentasi dari Giovanni Battista Ramusio menyatakan bahwa Enrique mungkin mengingatkan Kepala Suku Subuth itu bahwa orang-orang Spanyol ini berniat berkomplot untuk menangkap raja, yang memancing terjadinya pembantaian. Ia lalu ditinggalkan di Cebu, dan setelahnya tak ada lagi catatan mengenai Enrique. Dalam novelSeorang guru lulusan Maktab Perguruan Sultan Idris, Tanjung Malim bernama Harun Aminurrashid telah menulis novel pelayaran Panglima Awang yang ditulis pada 1957 dan diterbitkan pertama kali pada 1958 oleh Pustaka Melayu (di bawah jenama: Buku Punggok). Menurut pengarang, beliau memberi Enrique nama Melayu Awang untuk dipadankan dengan etnik yang dianggapnya, manakala gelaran Panglima merujuk kepada kebijaksanaan, kekuatan dan keaktifan Enrique.[1] Lihat juga
Referensi
Daftar pustaka
|