Ekoenzim atau ecoenzymes atau garbage enzyme adalah larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3 bulan.[1][2] Hasil larutan fermentasi memiliki warna coklat tua dan berbau asam-manis kuat khas produk fermentasi.[3]
Ekoenzim dikembangkan oleh seorang peneliti dari Thailand yaitu Dr. Rosukon Poompanvong pada tahun 2006.[4][5][6] Ekoenzim disebutkan mengandung rantai protein (enzim), asam organik, dan garam mineral yang diperoleh dengan mudah dari hasil fermentasi limbak organik. Ekoenzim memiliki kemiripan dengan enzim yaitu memiliki tingkat degradasi yang tinggi dengan waktu yang singkat. Peneliti menyarankan jika ekoenzim ini dapat difungsikan untuk 4 kategori: dekomposisi (decompose), pembuatan (compose), perubahan (transforms), dan katalisis (catalysis).
Kandungan
Prinsip proses pembuatan ekoenzim adalah terjadinya oksidasi tanpa ada udara atau fermentasi alami di mana alkohol merupakan produk utama jika fermentasi tidak sempurna sedangkan pada fermentasi sempurna produk utamanya adalah asam asetat. Proses fermentasi dan lingkungan asam menyediakan kondisi ideal untuk ekstraksi ekoenzim dari limbah organik.[7] Alkohol yang dihasilkan adalah dalam bentuk etanol dan terdapat jenis asam lain yang dihasilkan dalam jumlah kecil yaitu asam propionat.[7]
Larutan dari limbah organik yang diperoleh setelah fermentasi adalah larutan ekoenzim yang mengandung enzim ekstraseluler yang berbeda. Enzim ekstraseluler mengacu pada enzim yang disekresikan oleh mikroba yang memasuki fase air selama proses fermentasi aerobik. Enzim ekstraseluler seperti protease, amilase, lipase, dan kaseinase diproduksi dan diperoleh selama fermentasi aerobik dari bahan organik yang dapat digunakan untuk mendegradasi protein, karbohidrat, lipid, dan kasein[1][4].
Pembuatan
Untuk membuat ekoenzim, disiapkan gula merah atau molase, limbah sayur dan buah, air, dan wadah tertutup. Perbandingan antara gula merah atau molase, limbah sayur dan buah, dan air adalah 1:3:10. Agar menghasilkan larutan ekoenzim yang memiliki bau aromatik, maka dapat diperbanyak penggunaan limbah dari buah-buahan.[8][9]
Pemanfaatan
Ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk cairan pembersih rumah tangga alami, pembersih lantai, deterjen, antiseptik alami, mencegah penyumbatan saluran air, menghilangkan bau tidak sedap, mengolah limbah air, agen antimikroba, penangkal nyamuk, insektisida, pestisida, pupuk, menangani akumulasi logam berat.[10] Berikut tabel perbandingan volume ekoenzim dan air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan.
Dapat ditambah baking soda terlebih dahulu kemudian setelahnya digunakan ekoenzim
Mencuci piring
100
1000
Langsung digunakan sebagai pengganti sabun cuci piring
Pembersih lantai
Langsung digunakan sebagai pengganti cairan pembersih lantai
Pembersih furnitur
Dapat dimasukkan ke dalam botol semprot kemudian disemprotkan langsung ke furnitur
Pembersih dapur (bekas minyak)
Untuk hasil maksimal, dapat disemprotkan soda kue (baking soda) terlebih dahulu kemudian setelahnya disemprotkan dengan ekoenzim
Pembersih karpet
Dapat dimasukkan ke dalam botol semprot kemudian disemprotkan langsung ke karpet
Pembersih kaca
60
40
Dapat dimasukkan ke dalam botol semprot kemudian disemprotkan langsung ke kaca atau barang-barang yang terbuat dari kaca
Membersihkan sayur dan buah
30
1000
Sayur dan buah direndam ke dalam larutan ekoenzim selama 5 menit. Setelah itu, sayur dan buah dibilas dengan air mengalir
Pupuk tanaman
30
2000
Dapat dimasukkan ke dalam botol semprot kemudian disemprotkan langsung ke tanaman sebagai pupuk organik. Hindari penggunaan langsung ekoenzim tanpa pengenceran. Ekoenzim bersifat asam sehingga dapat merusak tanaman jika digunakan secara langsung tanpa pengenceran.
Insektisida
15
500
Dapat dimasukkan ke dalam botol semprot kemudian disemprotkan langsung ke area sekitar tanaman yang ingin dilindungi.
Pestisida
Bukti ilmiah
Pengurai limbah
Limbah dari nanas, jeruk, tomat, dan mangga yang diolah menjadi ekoenzim dilaporkan mengandung enzim protease, amilase, dan lipase yang dapat membantu menguraikan endapan limbah yang dihasilkan dari industri budidaya ikan.[12]
Penyubur tanah
Ekoenzim yang dibuat dari limbah kulit buah apel, naga, dan terung dapat meningkatkan nutrisi untuk tanah (dinyatakan dengan penambahan kandungan nitrogen dan bahan organik) dengan perbandingan konsentrasi penggunaan antara ekoenzim dan air adalah 1:800.[5]