Eklampsia atau sering juga dieja eklamsia adalah masalah serius pada masa kehamilan akhir yang ditandai dengan kejang tonik-klonik atau bahkan koma.[1][2][3] Eklampsia merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklampsia dengan persentase kemunculan antara 0,3% sampai 0,7% pada negara berkembang.[1] Seperti pre-eklampsia, penyebab pasti eklampsia belum diketahui sehingga menjadi sulit untuk dicegah kemunculannya.[1][3]
Gejala
Eklampsia biasanya ditandai dengan kejang yang dapat diikuti dengan kehilangan kesadaran atau koma.[2][3] Selain itu, ada gejala-gejala lain yang dapat dirasakan oleh para ibu hamil penderita eklampsia, antara lain kenaikan tekanan darah, kenaikan berat badan secara mendadak, pengeluaran protein dalam urin, edema pada tungkai dan wajah, gangguan penglihatan, dan sakit kepala.[2][3] Biasanya gejala-gejala tersebut muncul pada kehamilan trimester kedua akhir atau ketiga.[2]
Jenis
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:[3]
eklampsia gravidarum, dengan peluang terjadi 50% sampai 60% saat hamil
eklampsia parturientum, dengan peluang terjadi 30% sampai 35% saat proses persalinan berlangsung
eklsmpsia puerperium, dengan peluang terjadi sekitar 10% setelah persalinan berakhir
Referensi
^ abcSinsin, Iis . 2008 . Seri Kesehatan Ibu & Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo . ISBN 978-979-27-1509-5
^ abcdeManuaba, Ida Bagus Gde . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 979-448-375-3