Efek Media Bermusuhan : Misinformasi dan Disinformasi dalam era digital

Efek Media Bermusuhan sangat tidak baik bagi kehidupan politik dan sosial masyarakat. Pada era digital saat ini, platform berita online dan media sosial telah menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat. Namun, kemudahan dalam menyebarkan informasi telah membuka celah bagi munculnya masalah besar, yaitu misinformasi dan disinformasi. Misinformasi merujuk pada informasi yang salah atau keliru tanpa niat jahat, sementara disinformasi adalah penyebaran informasi palsu dengan tujuan untuk menipu atau memanipulasi. Kedua fenomena ini dapat menciptakan "media bermusuhan", di mana perbedaan pandangan politik atau sosial dapat memicu pertentangan yang lebih besar dan memperburuk polarisasi dalam masyarakat[1]. Artikel ini akan membahas efek dari media bermusuhan yang dipicu oleh misinformasi dan disinformasi, permasalahan yang ditimbulkan, serta dampaknya terhadap masyarakat.

Media Bermusuhan dan Polarisasi

Fenomena media bermusuhan sering terjadi ketika media atau platform sosial mulai memilih untuk memihak pada kelompok atau ideologi tertentu, dan kemudian menyebarkan informasi yang hanya menguntungkan pihak mereka sambil mendiskreditkan pihak lawan. Dalam kondisi ini, media tidak lagi berfungsi sebagai sumber informasi yang netral, tetapi lebih sebagai alat untuk memperkuat posisi politik atau sosial tertentu. Keadaan ini menyebabkan polarisasi, di mana masyarakat terbagi dalam kelompok yang saling bertentangan.

  1. ^ Patil, Suhas (2024-05-05). "Misinformation Detection on Social Media using AI and Machine Learning". International Journal of Science and Research (IJSR). 13 (5): 1013–1015. doi:10.21275/sr24516171319. ISSN 2319-7064.