Efek Florence Nightingale adalah sebuah keadaan di mana seorang perawat mengembangkan perasaan cinta, perasaan seksual, atau keduanya kepada pasiennya, bahkan jika sangat sedikit komunikasi atau kontak yang dilakukan di luar perawatan dasar. Perasaan-perasaan dapat muncul terhadap pasien tersebut tak lama saat membutuhkan perawatan.
Asal muasal
Efek tersebut mengambil nama dari Florence Nightingale, seorang pionir dalam bidang perawatan pada paruh kedua abad ke-19. Karena dedikasinya kepada perawatan pasien, ia dijuluki "Gadis Berlampu" karena kebiasaannya melakukan keliling saat malam hari, suatu hal yang tak dilakukan pada masa sebelumnya. Perawatannya kemudian selamanya mengubah cara rumah-rumah sakit dalam merawat para pasien. Kebanyakan orang menganggap Nightingale adalah pendiri perawatan modern. Tak ada catatan bahwa Florence Nightingale pernah jatuh cinta dengan salah satu pasiennya. Pada kenyataannya, disamping berbagai lamaran, ia tak pernah menikah karena khawatir akan beradu dengan panggilan perawatannya. Albert Finney menyebut efek tersebut sebagai "sindrom Florence Nightingale" dalam sebuah wawancara tahun 1982,[1] dan frase tersebut awalnya dipakai kepada para pekerja kesehatan yang tak meminta imbalan dalam karier mereka.[2]
Medikal
Efek Florence Nightingale dan sindrom Florence Nightingale sering kali dianggap merupakan hal yang sama. Namun, sindrom Florence Nightingale biasanya merujuk kepada Sindrom Keletihan Kronis (Chronic Fatigue Syndrome), di mana Nightingale dikatakan terserang keadaan demikian. Pada masa akhir hidupnya, ia terserang gejala yang tampaknya adalah CFS.[3]
Efek Florence Nightingale tak dianggap sebagai kondisi medis; meskipun begitu, ini adalah sebuah nama budaya pop yang diberikan kepada sebuah situasi. Ini umumnya dianggap tak profesional dalam industri medis bagi seorang perawat saat terlibat dengan seorang pasien.
Kesalahpahaman
Beberapa orang sering kali salah memahami istilah tersebut dengan mengartikannya secara berlawanan; bahwa itu adalah keadaan di mana seorang pasien jatuh cinta dengan seorang perawat sebagai sebuah hasil dari penindakan yang diberikan di sisi kasur. Istilah sebenarnya, yang dicanangkan oleh Sigmund Freud, untuk situasi tersebut adalah transferensi.
Referensi