Duta Merlin merupakan sebuah gedung pertokoan dan pusat perbelanjaan yang pernah berdiri di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, dari tahun 1976 hingga 2023.[1] Gedung ini berlokasi di Jl. Gajah Mada No. 3-5, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat.[2]
Sejarah
Pada mulanya, yang menempati lokasi gedung ini adalah salah satu hotel ternama di Jakarta, yaitu Hotel Des Indes yang sudah berdiri sejak 1856. Hotel yang pasca-kemerdekaan Indonesia diberi nama Hotel Duta Indonesia tersebut, memasuki periode 1960-an mengalami penurunan pendapatan akibat kalah saing dengan Hotel Indonesia.[3][4] Hamengkubuwono IX, yang memegang kendali atas hotel tersebut sejak 1957 lewat Dewan Turisme Indonesia, memutuskan untuk merombak hotel tersebut menjadi Hotel Duta Indonesia versi baru yang dilengkapi pusat perbelanjaan. Berkongsi dengan beberapa pihak, di tahun 1968 didirikan PT Duta Indonesia Djaja (DID), dan di tahun 1971, didirikan PT Duta Merlin yang dimiliki bersama oleh PT DID, PT Nusantour Duta Development Corp. (keduanya milik HB IX) dan International Hotel Development Limited, Hong Kong (milik Chang Min Ten).[5] Pada Juni 1971, Hotel Duta Indonesia resmi dibongkar.[6]
Awalnya proyek pembangunan Hotel Duta Merlin direncanakan akan selesai pada 1974, dengan hotel yang sudah jadi ditargetkan memiliki 19 tingkat, 1.008 kamar, ruang pesta berkapasitas 1.000 orang, bioskop berkapasitas 1.900 tempat duduk, ditambah fasilitas bowling.[7] Pemerintah juga mewajibkan PT Duta Merlin untuk membangun pusat belanja bagi pedagang kecil, pos pemadam kebakaran, pos polisi, musala, dan sekolah.[8] Namun, proyek ini kemudian molor dan baru dimulai pada Oktober 1974, oleh PT Pembangunan Perumahan yang selesai pada Juli 1976. Meskipun awalnya direncanakan berbentuk hotel, yang terwujud justru adalah kompleks pertokoan dan pusat perbelanjaan berlantai lima dengan luas 12.700 meter persegi.[1]
Duta Merlin kemudian ditempati oleh swalayan Sarinah Jaya, Optik Tunggal, toko busana Tiffany's, salon Rudy Hadisuwarno, toko Revlon dan Rider, agen mobil sewaan, dan masih banyak lagi.[1] Namun, bangunan ini tidak jarang menimbulkan kontroversi. Ketika dibangun, banyak yang mengkritik Duta Merlin karena dianggap tidak sesuai dengan Hotel Des Indes, hotel termasyhur yang digantikannya.[9][10] Memasuki periode 1980-an, Duta Merlin justru terlibat persengketaan antara pemegang sahamnya dan dengan pemerintah. Adapun pemerintah DKI Jakarta menganggap PT Duta Merlin tidak membangun hotel maupun fasilitas publik yang ditargetkannya. Sementara itu, konflik antar pemegang saham terwujud dari upaya HB IX mengundurkan diri dari kepemimpinan perusahaan (karena merasa kurang dihargai), adanya dugaan pemegang saham fiktif, dan upaya sebagian pemegang saham yang diduga memanipulasi manajemennya. Akibatnya, kepemilikan bangunan ini berubah, dari yang awalnya dipegang beberapa pemegang saham (termasuk HB IX), menjadi milik para penghuni Duta Merlin.[8][5][11] Belum lagi adanya klaim Duta Merlin menjadi lokasi perjudian ilegal di Jakarta saat itu.[12]
Masalah tersebut kemudian menghilang (dengan alasan yang kurang diketahui). Memasuki periode 1990-an, Duta Merlin mulai kehilangan pesonanya di tengah maraknya pusat belanja baru di Jakarta.[13] Menjelang akhir 1998, masuklah hipermarket asal Prancis, Carrefour yang menempati 6.000 meter persegi gedung ini, sebagai gerainya yang kedua di Indonesia.[14] Populernya Carrefour tercatat bisa mengembalikan kembali kejayaan Duta Merlin untuk beberapa waktu.[13] Selain Carrefour (kini Transmart) yang menempati lantai 1 dan 2, penghuni lain dari Duta Merlin pada 2000-an meliputi sejumlah restoran, ditambah hotel, spa maupun karaoke bernama V-Spa,[3] serta diskotik Play A-Sure.[15]
Pada tahun 2022, Transmart sebagai penghuni utama kemudian menutup gerainya di Duta Merlin. Lokasi gedung ini kemudian juga direncanakan akan dijadikan pusat transportasi dan transit-oriented development menyusul kehadiran MRT Jakarta. Akhirnya, pada April 2023, Duta Merlin resmi dirobohkan.[1][2]
Mural
Sejak Mei 2019 hingga pembongkarannya pada 2023, Duta Merlin juga dihiasi mural bertajuk Off The Wall yang dibuat atas kerjasama Kedubes Prancis di Indonesia, Grup Tauzia dan Agung Sedayu Group. Mural ini dilukis oleh beberapa orang, yaitu Jules D. Granel, Antonin Givern dan Adi Dharma. Mural tersebut menggambarkan seni urban masyarakat perkotaan.[1]
Rujukan