Djawa Dipo adalah suatu perkumpulan dan gerakan Jawa progresif yang bertujuan untuk menghapuskan penggunaan bahasa Jawa Krama. Gerakan ini diprakarsai oleh Tjokrosoedarmo pada tahun 1918 di Surabaya. Gerakan kebahasaan ini mendapatkan dukungan resmi dari Sarekat Islam melalui surat kabarnya Oetoesan Hindia. Para anggota Sarekat Islam secara resmi menggunakan bahasa Jawa Ngoko dalam berbagai macam urusan.[1]
Akhir
Gerakan Djawa Dipo tidak bertahan lama. Budaya Jawa yang masih pseudofeodalistik membuat Djawa Dipo hanya bertahan beberapa tahun saja. Walaupun demikian, semangat kesetaraan dalam berbahasa dari Djawa Dipo masih terus hidup dalam awal-awal kehadiran Partai Komunis Indonesia. Sebagian memilih bahasa Belanda, seperti Poerbatjaraka, sebagai ganti dari bahasa ngoko yang demokratis, sedangkan sebagian lain mendukung penggunaan pilihan ketiga, yaitu bahasa Indonesia.[1]
Catatan kaki
- ^ a b Anderson, Benedict R. O'G (2006). Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Equinox Publishing. ISBN 978-979-3780-40-5.