Prof. Dr. Raden Haji Ali Affandi Djajusman Tanudikusumah, SISIP, MA (lahir 28 Oktober 1930) merupakan seorang akademisi ilmu komunikasi asal Indonesia. Djajusman merupakan alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) generasi pertama dan merupakan guru besar pertama lulusan FISIP UI. Ia memegang sejumlah jabatan akademis, seperti ketua jurusan publisistik di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan UI dan wakil dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan.
Masa kecil dan pendidikan
Djajusman Tanudikusumah dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 28 Oktober 1930. Djajusman memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat dan Pesantren Kompleks Yatim Piatu dan Fakir Miskin Islam "Rarangjami".[1][2] Di sekolah rakyat, ia pernah menjabat sebagai ketua kelas.[3]
Djajusman lulus dari sekolah rakyat pada tahun 1943 dan meneruskan pendidikannya ke jenjang selanjutnya di Europeesche Lagere School (ELS). Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS, Djajusman bersekolah di Hogere Burger School (HBS) Afd. B hingga tahun 1952.[1][2]
Djajusman kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia Bandung (cikal-bakal Institut Teknologi Bandung). Ia keluar beberapa waktu kemudian dan memutuskan untuk belajar publisistik (ilmu komunikasi) di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia. Ia lulus dengan gelar doktorandus pada tahun 1962.[4]
Selama berkarir sebagai dosen, Djajusman menempuh pendidikan lanjutan, baik di dalam maupun di luar negeri. Djajusman menjalani pendidikan pascasarjana di Stanford University International Development Center, The Annenberg School of Communications, dan Massachusetts Institute of Technology Center for International Studies. Ia kembali ke Indonesia dari Amerika Serikat dengan gelar master of arts pada tahun 1972.[4] Beberapa tahun kemudian, ia mengenyam pendidikan doktoral di Universitas Indonesia.[1]
Selain pendidikan gelar, Djajusman juga mengikuti pendidikan non-gelar dalam bidang teknik skenario di Departemen Sinematografi Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.[2]
Karier akademis
Seusai memperoleh gelar sarjana, studi publisistik dijadikan jurusan tersendiri di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FH-IPK) pada tahun 1963. Djajusman diangkat menjadi ketua jurusan pertamanya.[1][4]
Pada tahun 1968, FH-IPK dipecah menjadi Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Jurusan publisistik, yang kemudian berubah nama menjadi ilmu komunikasi massa, ditempatkan di bawah Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Djajusman meneruskan jabatannya sebelumnya dan menjadi kepala departemen ilmu komunikasi massa. Pada tahun 1971, ia diangkat menjadi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan.[4]
Selain bekerja sebagai pengajar, Djajusman juga terlibat dalam birokrasi internal kampus. Ia menjabat sebagai Kepala Kantor Humas UI dari tahun 1963 hingga 1969,[4] Ketua Redaksi Majalah Publisistik UI dari tahun 1963 hingga 1967, dan Direktur UI Press dari tahun 1970 hingga 1971. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1981, ia menjadi anggota redaksi majalah Jurnal Penelitian Sosial FISIP UI.[1]
Pada tanggal 31 Agustus 1985, Djajusman Tanudikusumah dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang filsafat komunikasi dan logika. Pidato pengukuhannya berjudul "Citra Komunikasi: Fungsinya bagi Pembangunan, Integrasi Negara dan Bangsa".[3]
Setelah pensiun dari Universitas Indonesia, Djajusman menjabat sebagai Rektor Universitas Jakarta dari tahun 1995 hingga 1999. Sejak tahun 1999, ia mengajar di program studi ilmu komunikasi London School of Public Relations.[1]
Karier non-akademis
Selain bekerja sebagai tenaga pengajar, Djajusman juga bekerja sebagai konsultan bagi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Persatuan Wartawan Indonesia, dan Departemen Veteran.[4]
Dalam dunia perfilman, Djajusman menjadi juri bagi sejumlah kontes film di Indonesia. Ia menjadi juri dalam acara Penulisan Kritik Film Indonesia FISIP UI[1] dan Festival Film Indonesia 1985.[3]
Kehidupan pribadi
Djajusman telah menikah dan memiliki seorang anak.
Djajusman fasih dalam berbahasa Inggris, Jerman, dan Belanda.[4]
Referensi