DirhamDirham or dirhem or "Dirhm" (درهم) merupakan satuan mata uang pada beberapa negara Arab, juga Tajikistan, dan dulunya, terkait dengan satuan massa (Ottoman dram) pada Kekaisaran Utsmaniyah dan Persia. Nama ini diturunkan dari mata uang Yunani, drachma, atau didrachm (2 drachmae). Mata uangDirham pada zaman sekarang meliputi:
Satuan massaDalam zaman Romawi, sebagaimana penggunaan drachma, dirhem dipakai sebagai satuan berat di seluruh Afrika Utara, Timur Tengah dan Persia, dengan nilai yang berbeda-beda. Pada akhir zaman Kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman Empire di Turki; درهم), dirhem standar adalah seberat 3,207 g;[1] 400 dirhem setara dengan satu oka. DrachmaDalam bahasa Indonesia digunakan pula untuk menerjemahkan mata uang drachma Yunani kuno (bahasa Yunani: δραχμή (drakhma), jamak: δραχμές (drakhmes) atau δραχμαί (drakhmai)). Drachma sendiri adalah sebutan yang digunakan untuk:
Dirham kunoNama dirham berasal dari kata kerja "δράττω" (dráttō, "menggenggam").[2] Mulanya satu drakhma jumlahnya segenggam yang terdiri atas enam oboloi potongan logam, yang digunakan sebagai alat pembayaran sejak masa sekitar 1100 s.M. Ini adalah satuan standar uang perak pada kebanyakan pencetakan uang Yunani kuno. Nama 'obol' digunakan untuk menggambarkan mata uang yang nilainya seperenam drakhma. Pengertian bahwa "drakhma" diambil dari kata untuk "segenggam" tampaknya berasal setidak-tidaknya pada Herakleides dari Pontos (387-312 s.M.) tetapi metrologiwan Livio C. Stecchini berpendapat bahwa drakhma adalah kata yang berasal dari dunia Semit. Stecchini sering kali melawan pendapat umum. Argumennya tampaknya masuk akal tetapi tetap tidak jelas. Uang Athena tetradrachmon ("empat drakhma") dari abad ke-5 s.M. adalah Uang yang paling banyak digunakan di dunia Yunani sebelum masa Alexander Agung. Pada Uang ini terdapat patung dada Athena dengan pelindung kepala di sisi depan dan seekor burung hantu pada sisi belakangnya. Dalam penggunaan sehari-hari, mata uang ini disebut γλαῦκαι glaukai (burung hantu), sehingga terciptalah ungkapan Γλαῦκ’ Ἀθήναζε, 'seekor burung hantu untuk Athena', yang merujuk kepada sesuatu yang besar jumlahnya, seperti 'batu bara di Newcastle'. Sisi kebalikannya ini ditampilkan dalam mata uang 1 euro Yunani. Dirham ModernSaat ini pada tahun 2013, Dirham kembali digunakan oleh masyarakat Indonesia di bawah naungan Wakala Induk Nusantara (WIN), dan di awasi oleh World Islamic Mint (WIM). Koin dirham yang dicetak oleh WIN menggunakan bahan dasar perak seberat 2,975 gram dan diberi nilai 1 Dirham. Ukuran ini disahkan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Untuk mempopulerkan koin Dirham sebagai alat tukar, maka pada tahun 2009 dibentuklah Jaringan Wirausaha pengguna Dinar dan Dirham Nusantara (JAWARA) di kota Bandung, Jawa Barat. Sekarang anggota JAWARA telah mencapai puluhan pedagang dan penerima jasa di kota Bandung. Selain sebagai alat tukar/jual beli, Dirham juga berfungsi untuk bayar zakat, sedekah, mahar pernikahan, tabungan haji, tabungan pendidikan, dll. Kini posisi uang kertas yang tak bernilai telah digantikan oleh keberadaan koin Dirham Perak yang memiliki nilai intrinsik yang sama dengan nilai nominalnya. Lihat pulaRujukan
Pranala luar
|