Dinasti Hammudiyah (bahasa Arab: بنو حمود, translit. Banū Ḥammūd)) adalah sebuah keluarga Arab Muslim yang sempat memerintah Kekhalifahan Córdoba[3][4] dan taifa Málaga dan Algeciras dan kendali nominal di Ceuta.
Dinasti
Dinasti ini dinamai menurut leluhur mereka, Hammud, keturunan Idris bin Abdallah, pendiri dinasti Idrisiyah dan cicit Hasan, putra Fatima dan Ali dan cucu nabi Islam, Muhammad.[5] Ketika Sulayman bin al-Hakam mengukir tanah Andalusia untuk sekutu Berber-nya, dua anggota keluarga Hammudiyah diberi jabatan gubernur Algeciras, Ceuta dan Tangier. Dengan demikian, Hammudiyah memperoleh kendali atas lalu lintas melintasi Selat Gibraltar, tiba-tiba menjadi kekuatan yang kuat. Mengklaim bertindak atas nama Hisyam II yang digulingkan, gubernur Hammudiyah dari Ceuta Ali bin Hammud al-Nasir berbaris menuju Córdoba pada tahun 1016, di mana ia dimahkotai sebagai Khalifah.
Pada tahun 1056, Khalifah Hammudiyah terakhir digulingkan, dan Málaga pun jatuh ke tangan Ziriyyah dari Granada, yang sebelumnya merupakan pendukung Hammudiyah yang paling penting. Keluarga Hammudi kemudian dipaksa untuk menetap di Ceuta.
Referensi
- ^ Lane-Poole (1894), p.21
- ^ Altamira, Rafael (1999). "Il califfato occidentale". Storia del mondo medievale. II. hlm. 477–515.
- ^ Hammudids, A. Huici Miranda, The Encyclopaedia of Islam, Vol. III, ed. B. Lewis, V.L. Menage, C. Pellat and J. Schacht, (Brill, 1986), 147;"HAMMUDIDS, dynasty which reigned over various towns in Muslim Spain from 407/1016 till 450/1058. Sulayman al-Musta'm [q.v.], on his second succession to the caliphal throne in Shawwal 4O3/ May 1013, had to distribute large fiefs among the Berbers who had raised him to power. He allotted to 'Ali b. Hammud the governorship of Ceuta and to his brother al-Kasim that of Algeciras, Tangier, and Arzila. The two were genuine Idrisids [q.v.], their great-grandfather Hammud being the great-grandson of Idris II."
Bibliografi