Dendrobium capra
Dendrobium capra, (disebut juga Dendrobium capra J.J. Smith), lebih dikenal sebagai anggrek larat hijau adalah spesies tumbuhan yang tergolong ke dalam famili Orchidaceae dan merupakan tumbuhan endemik di dataran rendah Pulau Jawa, terutama di wilayah Jawa Timur.[1] Spesies ini juga merupakan bagian dari ordo Asparagales. Spesies Dendrobium capra sendiri merupakan bagian dari genus Dendrobium.[2] Nama ilmiah dari spesies ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli botani Belanda, Johannes Jacobus Smith di tahun 1910.[3] Berdasarkan evaluasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List di tahun 2019, anggrek larat hijau telah ditetapkan sebagai salah satu spesies dengan status terancam punah (Endangered).[4] DeskripsiAnggrek larat hijau (Dendrobium capra) tumbuh dengan panjang batang mencapai 40 cm dan dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di dataran rendah (50 - 80 mdpl) hingga dataran tinggi di ketinggian 800 mdpl. Belum ada sumber yang menyebutkan apakah anggrek ini mendapatkan namanya dari genus dendrobium lain yang berasal dari Pulau Larat, Maluku atau bukan. Namun spesies ini disebut hijau dari warna alami yang dimilikinya. Anggrek ini memiliki warna kuning kehijauan dan pada bagian tengahnya terdapat bercak-bercak garis berwarna coklat keunguan, ukuran bunganya sekitar 3 cm. Dalam kondisi yang sempurna anggrek ini larat hijau dapat mencapai 20 kuntum bunga dalam 1 tangkainya.[5] Dendrobium capra mempunyai bentuk kehidupan epifit yang beradaptasi dengan habitat kering di dataran rendah perkebunan jati, sehingga menjadikan spesies ini sangat terancam oleh kerusakan habitat alaminya karena kegiatan pemanenan kayu pohon jati secara berkala.[6] Tumbuhan ini hidup di lingkungan dengan suhu 30 - 33ºC, kelembaban 40-60% dan akar tidak ditumbuhi lumut.[7] Dendrobium capra berbunga pada akhir musim kemarau, pada kurun waktu bulan Agustus dan Desember. Masa mekar (fase anthesis) bunga adalah sekitar 12 - 14 hari, di mana bunga sudah mekar sempurna dan matang secara fisiologis. Perkembangan buah dari spesies ini memakan waktu sekitar 75 hari, dimulai dari proses pembuahan sampai dengan buah matang dan siap untuk dipanen. Buah dari tumbuhan ini sering dipanen sebelum pecah, untuk menjaga bijinya tetap dalam keadaan utuh. Biji tersebut nantinya akan digunakan sebagai benih perbanyakan secara kultur in vitro oleh para peneliti.[8] Penyebaran dan HabitatPulau Jawa adalah wilayah yang menjadi habitat bagi 142 spesies endemik dari keluarga Orchidaceae, termasuk Dendrobium capra atau anggrek larat hijau. Tumbuhan ini berasal dari dataran rendah Jawa Timur. [9] Berdasarkan hasil penelitian BRIN, di beberapa wilayah Dendrobium capra hanya tumbuh di pohon jati saja dan tidak tumbuh pada pohon lain yang terdapat di sekitarnya. Selain pohon jati, pohon bungur juga dapat menjadi tempat tinggal anggrek larat hijau karena spesies ini membutuhkan sinar matahari langsung. Saat ini hanya ditemukan sejumlah 215 individu Dendrobium capra yang tersisa di perkebunan jati Perhutani di Bojonegoro, Jawa Timur. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari laporan penelitian sebelumnya di tahun 2008, yang melaporkan terdapat 248 individu. Sementara itu di RPH Dodol ditemukan sebanyak 155 individu, dengan 23 di antaranya dikategorikan sebagai individu dewasa, dan RPH Sukun dan RPH Sugihan masing-masing hanya memiliki 43 dan 17 individu spesies ini yang hidup di sana.[10] Ancaman KepunahanDegradasi lingkungan menjadi salah satu penyebab banyak tumbuhan endemik kesulitan untuk bertahan hidup hingga akhirnya mengalami kepunahan. Anggrek larat hijau yang hidup berdampingan dengan pepohonan jati menjadi terancam oleh karena kegiatan pemanenan kayu pohon jati secara berkala, sehingga secara langsung merusak habitat alaminya juga. Selain itu, penurunan populasi spesies ini juga disebabkan oleh adanya eksploitasi anggrek sebagai anggrek komersial yang diperjualbelikan sebagai tanaman hias tanpa diikuti dengan upaya budidaya dan konservasi.[11] Upaya KonservasiKonservasi anggrek larat hijau yang terancam punah di dataran rendah Pulau Jawa dilakukan oleh BRIN. Tumbuhan ini dikumpulkan sebagai koleksi ex-situ di Kawasan Konservasi Ilmiah (KKI) Kebun Raya Purwodadi BRIN. Anggrek diaklimatisasi di rumah kaca untuk memastikannya dapat tumbuh dengan baik ketika dipindahkan pada media yang baru. Telah dilakukan juga survei populasi, pengumpulan material tumbuhan, analisa data, kajian ekologi, pengamatan fenologi, dan upaya lainnya sebagai bagian dari konservasi. yang komprehensif.[12] Referensi
|