Dendang Raimah


Dendang raimah merupakan genre sastra lisan berupa dendang atau cerita yang terdapat di Kenagarian Jaho, Kecamatan X Koto, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dendang Raimah ini berisi kisah tentang tragedi rumah tangga Raimah. Kisah ini dibawakan dengan cara berdendang dan berbentuk tanya jawab antara Raimah dan suaminya, Pandeka Alam. Menurut Syarif (1989), Dendang Raimah terakhir dipertunjukkan pada tahun 1975 dalam upacara adat batagak panghulu (mendirikan penghulu). Sastra lisan ini dipertunjukkan pada malam hari, setelah sholat Isya sampai menjelang Subuh. Pertunjukan berlangsung selama enam malam, yaitu tiga malam sebelum upacara adat dan tiga malam sesudahnya. Pertunjukan Dendang Raimah berfungsi sebagai hiburan dan sekaligus sebagai media pendidikan, dalam rangka memeriahkan upacara adat mendirikan penghulu. Dalam pertunjukannya, tukang dendang duduk di depan atau berhadapan dengan penonton bersama dengan tukang saluang yang mengiringi dendang tersebut. Biasanya, genre ini dimainkan oleh laki-Iaki, tetapi, kadangkalajuga, ia dimainkan o1eh seorang wan ita dan seorang Iaki-Iaki. Kedua pendendang ini berperan sebagai Raimah (wanita) dan seorang Jagi berperan sebagai suami Raimah, Pandeka Alam (Jaki-Iaki). Pertunjukan dimulai oleh tiupan saluang. Kemudian, pendendang mengikutinya secara bergantian dalam bentuk[1]

Hal demikian berlangsung terus sampai berakhirnya kisah dan tragedi rumah tangga Raimah. Berikut diberikan cuplikan teks Dendang Raimah

A: Raimah kama kau cako lah Raimah oi? (Raimah ke mana engkau tadi Raimah oi?)

B: Manyilau sawah nan karieng yo tuan oi (Melihat sawah yang kering ya Tuan oi)

A: Baato talambek bana lah Raimah oi? (Mengapa terlambat sekali Raimah oi?)

B: Mungko banda dipatah urang yo Tuan oi Di ateh kubangan badak yo Tuan oi Di bawah kubangan babi yo Tuan oi (Huiu bandar dipatah orang ya Tuan oi Di atas kubangan badak ya Tuan oi Di bawah kubangan babi ya Tuan oi)

A: Diato baju gau cabiek lah Raimah oi? (Kenapa bajumu koyak Raimah oi?)

B: Disangkuik kacang paringek yo Tuan oi (Tersangkut kacang paringek ya Tuan oi)

A: Baato rambuik gau kusuik lah Raimah oi ? (Kenapa rambutmu kusut Raimah oi ?)

B: Disangkuik duri cimayak yo Tuan oi (Tersangkut duri cimayak ya Tuan oi)

A: Maatonya galang gau lah Raimah oi ? (Kemana gelangmu Raimah oi ?)

B: Galang ambo patah sambilan ya Tuan oi (Gelang say a patah sembilan ya Tuan oi)

Referensi

  1. ^ Amir, Adriyetti.dkk (2006). Pemetaan Sastra Lisan. Padang: Andalash University Press. hlm. 195–196. ISBN 9791097089.