Dekoherensi kuantum

Ketika suatu benda terkena hamburan sinar dari foton-foton sekitarnya, gerakannya dalam fisika klasik tidak akan berubah rata-rata oleh sinar yang dihamburkan tersebut. Tetapi, dalam fisika kuantum, interaksi antara foton-foton yang dihamburkan dengan benda yang terkena hamburan tersebut akan membuat keduanya terikat satu sama lain (entangled). Hal ini mengakibatkan kohesi fase dari benda yang dihamburkan menjadi tidak terlokalisasi hanya pada benda tersebut saja, tetapi menyebar ke seluruh sistem. Sehingga pola interferensi tidak dapat diamati secara jelas.

Dekoherensi kuantum atau hilangannya kohesi kuantum merupakan suatu proses di mana perilaku suatu sistem berubah dari yang dapat dijelaskan oleh mekanika kuantum menjadi yang dapat dijelaskan oleh mekanika klasik. Dalam mekanika kuantum, partikel-partikel seperti elektron dijelaskan oleh fungsi gelombang yang merupakan representasi matematis dari keadaan kuantum suatu sistem. Fungsi gelombang juga digunakan untuk menjelaskan berbagai efek kuantum melalui interpretasi probabilitas. Ketika ada hubungan fase yang pasti antara keadaan-keadaan yang berbeda, sistem dikatakan kohesif. Hubungan fase yang pasti ini diperlukan untuk melakukan komputasi kuantum pada informasi kuantum yang terkodifkasi dalam keadaan kuantum. Tetapi, kohesi hanya dapat dipertahankan dalam batas-batas tertentu dan tergantung pada hukum fisika kuantum. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengendalian dekoherensi menjadi penting dalam pengembangan teknologi komputasi kuantum. Pengenalan konsep dekoherensi pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh fisikawan asal Jerman, H. Dieter Zeh, dan menjadi subjek penelitian aktif sejak tahun 1980-an.[1]

Referensi

  1. ^ Bacciagaluppi, Guido (2020). Zalta, Edward N., ed. The Role of Decoherence in Quantum Mechanics (edisi ke-Fall 2020). Metaphysics Research Lab, Stanford University. 

Bacaan lanjutan