Dangai atau Dange adalah upacara adat Suku Dayak Bahau Busaang, Kabupaten Kutai BaratKalimantan Timur.[1] Upacara Adat Dangai ini merupakan warisan leluhur Suku Dayak sebagai perwujudan interaksi manusia dengan pencipta dan alam semesta.[1]
Pengertian
Dange berasal dari kata ange (undangan) dan Mange (mengundang).[2] Dange adalah upacara adat Bahau Busaang yang mengundang orang banyak (mange) baik masyarakat kampung itu sendiri maupun dari luar kampung, dalam ikut proses upacara adat.[2]
Dange atau Dangai, adalah dua kata yang maknanya sama. Hanya penyebutan dari masing-masing sub Suku Kayaan umumnya dan Bahau khususnya yang berbeda, tergantung dialek khas dan bahasa masing-masing.[2]
Latar Belakang
Latar belakang suku Bahau Busaang mengadakan upacara adat Dangi adalah ada suatu kekuatan dari luar batas dan diri manusia yang sangat berpengaruh dalam kehidupan di dunia ini, oleh karena itu merupakan suatu keharusan untuk mengadakan hubungan atau keserasian, timbal balik, dengan kekuatan tersebut melalui upacara adat.[3] Selain itu Dange adalah upacara adat yang diyakini mengandung nilai dan kekuatan yang tinggi, baik dari Tipang Tenangaan/Ame Tinge (Tuhan) maupun dari roh-roh lainya.[3]
Tujuan
Adapun tujuan digelarnya upacara adat Dangai ini antara lain adalah untuk mengukuhkan atau mengesahkan harmonisasi hubungan antara manusia dengan Tuhan[4] Selain itu bagi keluarga yang menyelenggarakanya akan menunjukkan status sosial dan golongan di antara masyarakat lainya.[4]
Macam-macam Dangai
Dange Anak untuk menguatkan jiwa dan raga anak dalam mepelajari kehidupanselanjutnya
Dange Hawa Pengantar suami istri dalam mengarungi hidup rumah tangga
Dange Metun Kadaan Maran Pemakaian pakaian adat yang nilainya tinggi dari pakaian yang dipakai sebelumnya.
Dange Paleka’Umaa/umaa’mariang Mensyukuri atas segala perlindungan dan anugerah yang diberikan selama hidup ditempat yang akan ditingalkan (pindah kampung), serta permohonan berkat atas tempat pemukiman baru, kepada yang maha kuasa dan roh-roh lainya.[3]
Bentuk Pelaksanaan
Pelaksanaan Upacara Adat dange dapat dilaksanakan dalam 3 bentuk acara:[3][5]
Dange Aya’ pelaksanaan 10 hari
Dange Aye’ pelaksanaan 5 hari
Dange Kilii’ pelaksanaan 3 hari
Tahapan kegiatan adat dalam 3 bentuk acara tersebut pada umumnya sama.[5] Hanya beberapa kegiatan dalam prosesi upacara adat yang digabung sehingga kegiatan menjadi singkat, seperti pada Dange 10 hari misalnya, mela anak dilakukan satu persatu pada Dange 5 hari semua anak yang ikut dange digabung satu kali mela.[5] Jadi lama pelaksanaan upacara adat yang dilaksanakan bisa dipersingkat.[5] Pada Dange 3 hari, lebih banyak lagi yang dipersingkat, karena dange ini dilaksanakan apabila peserta adat Dange hanya sedikit atau factor lain yang kurang mendukung dalam masyarakat, misalnya keadaan kampung, kurang berhasil panen ladangnya, dan lain-lain. Semua kegiatan dilaksanakan di lokasi Amin Aya’ Awaa’ Aya. Lepau (pondok) Dange didirikan di halaman Amin Aya’.[5]