Coolen lahir di Ungaran pada tahun 1773.[1] Ayahnya adalah seorang Rusia dan ibunya adalah seorang putri keturunan Pangeran Kojaran dari keluarga bangsawan Mataram.[2] Latar belakang pendidikan Coolen adalah ELS dan ia pun masuk ke dalam dinas militer.[1] Tugas terakhirnya adalah di bagian artileri Surabaya.[1] Di Surabaya Coolen menikah dengan seorang perempuan Indo dan mempunyai lima orang anak.[1] Setelah dari Surabaya ia pindah pekerjaan sebagai Bos Opzichter (sinder blandong) di Wirosobo (Mojoagung).[1] Di tempat ini ia menikah lagi dengan pelayannya yaitu Sadiyah dan memperoleh tiga orang anak.[1]
Pekerjaan
Pada tanggal 3 Juli 1827 Coolen mendapat izin dari pemerintah kolonial untuk membuka lahan hutan Ngoro di kawasan Wirosobo.[1] Di sana ia tinggal dengan Sadiyah serta anak-anaknya.[1] Desa tempat tinggalnya itu sangat subur dan mengundang orang banyak untuk datang dan menjadi penggarap di sana.[1] Setiap kali akan membuka hutan atau menggarap sawah, Coolen pasti mengajak pembantunuya untuk meminta berkat Tuhan.[1][2] Awal mulanya cara yang dipakai masih menggunakan kepercayaan lama yaitu berupa penyembahan kepada Dewi Sri.[1] Lama kelamaan ia mendapat kesempatan untuk mengajarkan kepada pengikutnya bahwa permohonan yang biasanya mereka lakukan hendaknya ditujukan kepada Tuhan Yesus.[1] Ia kemudian mengadakan kebaktian Minggu dan bercerita tentang Tuhan Yesus.[1] Ia menghimpun sekelompok kecil masyarakat dan mengajarkan ajaran Kristen.[2]
Kegiatan yang dilakukan oleh Coolen ini menghasilkan suatu jemaat Kristen yang khas.[1] Jemaat di Ngoro ini sangat kental dengan kejawaan dan wayang. Coolen menyebutnya dengan Kristen Jawa.[1]
Referensi
^ abcdefghijklmnopqS.H. Soekotjo. 2009. Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa - jilid 1. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen. hlm. 142-147.
^ abcDenys Lombard. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu: Jaringan Asia, Volume 2. Jakarta: Gramedia. hlm. 100.