Cap Go Meh merupakan festival yang dilaksanakan pada hari ke-15 setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Nama "Cap Go Meh" berasal dari dialek Tio Ciu dan Hokkian yang berarti "malam ke-15." Festival ini menandai puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek yang berlangsung selama 15 hari berturut-turut. Tradisi ini dijalankan sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen, serta sebagai doa dan harapan agar musim berikutnya membawa hasil yang lebih baik.[1]
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang
Dalam perayaan Cap Go Meh di Singkawang, berbagai kegiatan budaya dan spiritual digelar untuk memeriahkan suasana. Beberapa di antaranya termasuk festival lampion, sembahyang, ritual "buka mata" replika 12 naga, pembakaran naga, pertunjukan seni dan budaya, serta stan kuliner khas. Festival ini juga memiliki tujuan spiritual untuk menolak bala atau kesialan di masa mendatang, yang diwujudkan dalam bentuk pawai Tatung.[2]
Tatung
Tatung merujuk pada individu terpilih yang diyakini mampu berkomunikasi dengan roh leluhur atau dewa-dewa. Dalam festival Cap Go Meh, para Tatung "dirasuki" oleh roh-roh baik seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, maupun orang suci, untuk menangkal roh jahat yang dianggap dapat mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Prosesi ini dipimpin oleh ketua Tatung yang bertanggung jawab mendatangkan roh-roh tersebut. Sebelum perayaan, para Tatung harus menjalani ritual penyucian diri dengan berpuasa dan menjadi vegetarian selama tiga hari tiga malam.[1]
Pada hari Cap Go Meh, Tatung yang telah dirasuki roh dewa menunjukkan kekuatan di luar batas manusia biasa. Beberapa atraksi yang ditampilkan termasuk berjalan di atas mata pedang atau pisau, menembuskan kawat melalui pipi tanpa terluka, serta aksi ekstrem seperti memakan hewan hidup dan meminum darah segar. Di Singkawang, Tatung tidak hanya berasal dari etnis Tionghoa, tetapi juga dari suku Dayak, menjadikan perayaan ini sangat khas dan unik.[1]
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, dengan segala kemeriahannya, kini menjadi daya tarik wisata tahunan. Atraksi Tatung yang penuh tantangan dan keberanian menjadikan festival ini sebagai salah satu perayaan budaya dan spiritual yang paling dinanti di Indonesia.[1]