Busr bin Artha'ah al-Amiri (bahasa Arab: بسر بن أرطأة العامري) adalah seorang perawi hadis dan jenderal pasukan.
Silsilah
Silsilahnya adalah Busr bin Artha'ah, namanya adalah Umair bin Uwaimir bin Imran bin al-Hulais bin Sayyar bin Nizar bin Mu'ish bin Amir bin Lu'ay. Ibunya bernama Zainab binti al-Abrash bin al-Hulais bin Sayyar bin Nizar bin Mu'ish bin Amir bin Lu'ay.[1] Namanya juga disebut sebagai Busr bin Abi Artha'ah menurut sebagian sumber.[2]Kunyahnya adalah Abu Abdurrahman.[3]
Biografi
Busr berasal dari kabilah Bani Amir bin Lu'ay dari suku Quraisy, dari subkelompok Quraisy az-Zawahir yang tinggal di bagian pegunungan Makkah di Hijaz.[4] Busr lahir di Makkah sebelum Nabi MuhammadHijrah yang terjadi pada tahun 622[5] atau pada ca 625.[4]
Busr berpartisipasi dalam Penaklukan Suriah bersama Khalid bin Walid pada tahun 634[5] dan Penaklukan Mesir bersama Amr bin Ash pada tahun 639–640.[4] Pada tahun 647/48, 648/49 atau 649/50, ia dan tokoh Muslim lainnya dikirim oleh Khalifah Utsman bin Affan (berkuasa 644–656) sebagai bala bantuan gubernur Mesir, Abdullah bin Sa'ad, dalam penyerangan terhadap wilayah Bizantium Eksarkatus Afrika (di wilayah Tunisia modern, disebut Ifriqiyah dalam sumber Muslim).[6] Pada tahun 31 H (652 M), Busr diangkat oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam, sebagai pemimpin angkatan laut Syam. Ia bergabung dengan Abdullah bin Sa'ad yang memimpin angkatan laut Mesir dalam menghadapi angkatan laut Bizantium di Pertempuran Dzatus Shawari. Pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Muslim.[7] Kemudian pada akhir tahun 653, Busr memimpin angkatan laut Islam dalam upaya menyerang Konstantinopel dan berhasil mengalahkan angkatan laut Bizantium, akan tetapi penyerangan tersebut tidak dilanjutkan kembali karena kondisi cuaca yang buruk.[8]
Setelah Utsman terbunuh dan Fitnah Pertama meletus, Busr menjadi pendukung Muawiyah melawan Khalifah Ali bin Abi Thalib (berkuasa 656–661),[5] dan berperang bersamanya pada tahun 657 melawan Ali dan pendukungnya di Pertempuran Shiffin.[4] Ia memimpin kontingen infanteri penduduk Damaskus dalam pertempuran ini.[9] Pada tahun 39 H (659 M), Busr dikirim Muawiyah untuk menaklukkan dan menduduki Madinah, Makkah dan Yaman.[3] Muawiyah telah memerintahkannya untuk menyerang siapa saja yang termasuk sahabat Ali, dan dia membunuh banyak dari mereka.[3] Ia juga menjabat sebagai gubernur Bashrah setelah pembunuhan Ali dan perjanjian damai dengan Hasan bin Ali.[3] Ia mulai menjabat pada November 661[10] dan masa jabatannya sekitar enam bulan menurut sejarawan al-Mada'ini.[11]
Selanjutnya pada tahun 44 H (664 M), tepatnya pada masa Kekhalifahan Muawiyah, Busr kembali menyerang Bizantium pada musim panas lewat jalur darat.[8] Ia juga menyerang Bizantium pada musim dingin tahun 671 atau 672.[12]
Kematian
Sejumlah literatur ulama Islam terdahulu menyatakan bahwa Busr meninggal di Madinah selama masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685–705).[13]Ibnu Hajar al-'Asqalani menempatkan kematiannya di Damaskus pada tahun 86 H (705 M).[14] Literatur terdahulu lainnya menyebut Busr sebagai prajurit ekspansi militer di Afrika Utara pada masa pemerintahan penerus Abdul Malik, Al-Walid bin Abdul Malik (berkuasa 705–715).[13] Menurut Lammens, Busr bagaimanapun juga "hidup sampai tua".[13]
Penilaian
Khalifah Umar bin Khattab (berkuasa 634–644) disebutkan mendoakan Busr dan memberinya hadiah sebagai pengakuan atas keberaniannya di medan perang.[5]Al-Baladzuri menyebutkan Busr menerima 200 dinar dari Umar dikarenakan ia meraih kemenangan dalam pertempuran,[15] sedangkan versi yang dikutip oleh penulis modern, Malik Abdulazeez Al-Mubarak, menyebutkan Umar menulis kepada Amr bin Ash: "Berikan 200 dinaremas kepada anggota pasukan yang turut serta dalam Baiat Ridwan, kepada Kharijah bin Hudzafah atas keramahtamahannya dan kepada Busr atas keberaniannya."[16] Gubernur Khalifah Ali di Mesir, Qais bin Sa'ad bin Ubadah, menggambarkan Busr sebagai salah satu "singa Arab",[17] dikarenakan keberaniannya.[4]
Adz-Dzahabi mengatakan Busr mendengar hadis dari Nabi Muhammad dan meriwayatkan hadis berupa doa yang dikenal dan berbunyi "Allahumma Ahsin Aaqibatanaa" serta hadis yang berbunyi "Laa Tuqtha'u al-Aidi fil Ghazwi". Sementara Ahmad dan Yahya bin Ma'in mengatakan ia bukan sahabat Nabi.[18] Di antara tokoh-tokoh yang meriwayatkan hadis darinya adalah Junadah bin Abi Umayyah, Ayyub bin Maisarah, dan Abu Rasyid al-Hubrani.[18]
Keturunan
Busr menikah dengan seorang budak-selir (ummu walad), dan dari hasil pernikahannya ia dikaruniai anak yang bernama Al-Walid.[19] Dari Al-Walid, Busr memiliki keturunan yang termasuk perawi hadis di Damaskus yang bernama Abu Abdul Malik Ahmad bin Ibrahim al-Busri al-Qurasyi (meninggal 902).[20][a] Busr juga memiliki keturunan lain yang bernama Ahmad bin Abdurrahman al-Qurasyi,[b] Bakkar bin Abdullah al-Qurasyi,[c] dan Muhammad bin Al-Walid al-Qurasyi.[d]
Catatan
^Nama lengkap dan silsilah Abu Abdul Malik adalah Ahmad bin Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah bin Bakkar bin Abdul Malik bin Al-Walid bin Busr bin Abi Artha'ah al-Qurasyi al-Amiri.[21]
^Nama lengkap dan silsilahnya adalah Ahmad bin Abdurrahman bin Bakkar bin Abdul Malik bin Al-Walid bin Busr bin Artha'ah.[22]
^Nama lengkap dan silsilahnya adalah Bakkar bin Abdullah bin Bakkar bin Al-Walid bin Busr bin Abi Artha'ah.[23]
^Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Al-Walid bin Abdul Hamid Abu Abdullah al-Qurasyi al-Busri al-Bashri.[24]
^ abcdeHasson, Isaac (2019) [2011]. "Busr b. Abī Arṭāt". Dalam Fleet, Kate; Krämer, Gudrun; Matringe, Denis; Nawas, John; Rowson, Everett. Salinan arsip. Encyclopaedia of Islam. 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-15. Diakses tanggal 2020-11-14.
Jankowiak, Marek (2013). "The First Arab Siege of Constantinople". Dalam Zuckerman, Constantin. Travaux et mémoires, Vol. 17: Constructing the Seventh Century. Paris: Association des Amis du Centre d’Histoire et Civilisation de Byzance. hlm. 237–320. OCLC243890056.