Prof. Burhan Djabir Magenda, M.A., Ph.D. (12 Agustus 1946 – 4 April 2022) adalah seorang tokoh bidang pendidikan dan politikus.[1]
Keluarga
Burhan Djabier Magenda merupakan putra dari Mohammad Djabier Mansyur, tumbuh dan besar oleh pamannya. Tahun 1973, Burhan mempersunting istrinya Harijanti Hadinoto, gadis asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang disebutnya sebagai tonggak penting, dengan ini Burhan mengenal Jawa lebih dalam sehingga dalam kehidupannya Burhan dapat membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, pakaian dan pekerjaan "rumah" lainnya.[1]
Pendidikan
Sejak kecil, Burhan bercita-cita untuk menjadi seorang bupati sebab dia sangat tertarik dengan dunia politik. Pendidikan Burhan dimulai di SD dan SMP di Dompu, Sumbawa kemudian melanjutkan SMA di Mataram, Lombok. Bagi Burhan Lombok adalah dunia lain yang membantunya untuk mematangkan kehidupannya, selain itu Burhan belajar banyak tentang kehidupan di Jakarta pada 1964. Setelah lulus SMA, Burhan melanjutkan pendidikannya di FK UKI sampai menjadi sarjana muda Kedokteran pada tahun 1967. Memang sejak kecil Burhan tidak tertarik dengan dunia kedokteran sehingga setelah bergelar Sarjana Burhan berhenti kuliah itupun dengan keterpaksaan.[1]
Burhan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung untuk pergi belajar ilmu politik di Universitas Stanford, AS dan dilanjutkan mengambil gelar doktor Universitas Cornell dengan disertasi The Aristrocacy in Provincial Politics in Indonesia: A Study of Three Outer Islands.[1]
Kiprah
Burhan tertarik dengan dunia politik, tetapi keluarganya menginginkan dia menjadi seorang dokter. Setelah lulus Burhan berkiprah di dunia Jurnalistik dengan menjadi wartawan Harian Kami sampai koran itu dibredel pada tahun 1974. Baginya menjadi seorang wartawan adalah sebuah kebebasan yang menyenangkan, memiliki hubungan dengan banyak lapisan masyarakat, serta banyak membaca. Kemudian Burhan diangkat menjadi redaktur politik kemudian naik pangkat menjadi wakil pemimpin redaksi. Tahun 1980, setelah Burhan menyelesaikan pendidikannya di Universitas Cornell, Burhan diangkat menjadi dosen tetap di FIS Universitas Indonesia.[1]
Kasus pelecehan seksual
Pada akhir tahun 2021, sejumlah mahasiswi yang pernah diajar oleh Burhan menceritakan kisah mereka yang menerima perlakuan tidak senonoh dari professor Burhan. Tindakan Burhan yang tidak senonoh kepada mahasiswinya dilaporkan telah diketahui sejak tahun 1990-an. Korban pelecehan seksual Burhan ini tidak hanya meliputi mahasiswi saja, namun juga kepada asistennya, yang merupakan seorang guru besar. Menurut laporan majalah Tempo, Burhan dikenal oleh mahasiswanya sebagai seorang "profesor genit".[2]
Ketika dikonfirmasi mengenai perilakunya tersebut oleh wartawan Tempo, Riky Ferdianto, Burhan mengelak dan memintanya untuk menyerahkan nama-nama mahasiswi yang sudah menuduhnya melakukan perundungan seksual. Burhan juga menolak pengakuan salah satu mahasiswinya yang menyatakan bahwa ia pernah mengunci pintu ruang kerjanya di DPR saat menjadi anggota DPR dan berusaha untuk memeluknya. Ia menyatakan bahwa ruang kerjanya selalu terbuka dan ia tidak pernah mencium mahasiswinya tersebut.[3]
Wafat
Burhan wafat pada pukul 03.00 tanggal 4 April 2022 di Rumah Sakit Yarsi Jakarta. Menurut anaknya, ia wafat karena komplikasi terkait jantung dan ginjal.[4]