Budaya Tuli adalah diskriminasi atas kondisi ketulian dan penggunaan bahasa isyarat. Diskriminasi ini bisa berbentuk diskriminasi langsung dan tidak langsung karena bisa jadi ia berbentuk struktur keyakinan sosial, perilaku, seni, sastra, sejarah, nilai, dan institusi. Apabila hendak digunakan sebagai budaya, istilah Tuli dengan T besar diadaptasi untuk mengakomodasi identitas pengguna bahasa isyarat. Di Indonesia, istilah tersebut sudah jamak digunakan oleh komunitas Tuli. Bila digunakan sebagai label untuk kondisi audiologis, maka ditulis dengan huruf kecil t .[1] Penggunaan huruf kapital yang berbeda, Deaf dengan D besar dan deaf dengan d kecil ini digagas oleh Carl G. Croneberg yang membahas analogi antara budaya Tuli dan budaya dengar dalam entri C dan D di Dictionary of American Sign Language tahun 1965.