Agama Buda Tengger adalah sebutan bagi agama/kepercayaan/jalan hidup yang dilakukan oleh penduduk di daerah Tengger. Sekitar gunung Gunung Bromo dan gunung Gunung Semeru. Sebutan Buda sebenarnya adalah nama yang diberikan pada agama non-islam dan non-kristen di Jawa pada masa lalu. Orang Tengger mengenal jenis agama Buda lain, yaitu Buda Jawa (saat ini disebut Kejawen) dan Buda Bali (saat ini disebut Agama Hindu Bali).[1]
Pemimpin agama Buda Tengger disebut Dukun. Dukun di Tengger berbeda dengan dukun di luar kawasan Tengger. Dukun juga disebut dukun pandhita atau dukun gede (besar) untuk membedakan dengan dukun cilik (kecil) di luar kawasan Tengger. Nama kuno Dukun Tengger adalah Rsi Pujangga, sesuai yang tertera dalam mantra Purwabumi Kamulan. Dukun Tengger tidak berurusan dengan ilmu hitam, pesugihan, pengasihan, dan lain sebagainya. Dukun Tengger berperan sebagai pemimpin pada upacara-upacara tahunan rutin maupun upacara daur hidup penduduk tengger. Setiap desa Tengger setidaknya memiliki satu dukun. Desa-desa yang yang penduduknya padat, dapat memiliki banyak dukun. Dukun-dukun ini bernaung dalam perkumpulan yang disebut Paruman Dukun Pandita Kawasan Tengger.[2] Dalam tugasnya, dukun dibantu oleh beberapa asisten, yaitu Pak Sepuh, Pak Legen, Mbok Dandan, dan Pak Sanggar. Pak Sepuh atau Wong Sepuh (orang tua) adalah seorang lelaki yang biasanya lebih tua daripada Dukun. Tugas Pak Sepuh antara lain untuk membuka dan memberi pengantar pada sebuah upacara. Pak Legen adalah seorang lelaki muda yang bertugas mempersiapkan dan membawa alat-alat upacara milik dukun. Mbok Dandan atau Wong Dandan biasanya adalah istri Dukun atau Legen yang bertugas membuat dan menata sesaji saat upacara. Sedangkan Pak Sanggar adalah lelaki yang bertugas menjaga dan merawat sanggar (tempat suci orang tengger)
Menurut Raffles pada buku the History of Java (Sejarah Pulau Jawa), Tuhan tertinggi Penduduk Tengger disebut Bhumi Truka Sanghyang Dewata Batur dan kitab sucinya disebut Panglawu.[3]
- ^ [1]
- ^ [2][pranala nonaktif permanen]
- ^ [3]