Bisri Efendy adalah seorang jurnalis, peneliti sekaligus guru. Beberapa media menyebutnya sebagai “Guru Riset Anak Muda NU”.[1] Ia juga dikenal sebagai salah satu sahabat mantan presiden Indonesia ke-4, K.H Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Ia juga pernah menjadi penulis kata pengantar di salah satu buku Gusdur berjudul “Tuhan Tak Perlu Dibela”.[2]
Bisri Efendy, lahir di Jember, 12 Maret 1953. Ia kemudian melanjutkan pendidikan tingkat madrasah di Pondok Pesantren Salafiyah “Darul Hikmah” Bendo Kediri, Jawa Timur dan berhasil meraih gelar sarjana strata-1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( Yang sekarang telah berganti menjadi Universitas Islam Sunan Kalijaga). Ia mendapat gelar S2 melalui penyetaraan yang diberikan oleh Departement of Languages and Cultures of Southeast Asia and Oceania, Leiden University The Netherlands lewat bukunya yang membahas PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura ( dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sana). Ia kemudian melanjutkan di jurusan yang sama di bawah bimbingan Henk Meijer, seorang profesor yang ahli tentang sastra Melayu. Namun, Bisri tidak sampai menyelesaikan studi doktornya.
Sosok Yang Tertarik Dengan Kebudayaan
Bisri Effendy dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap kebudayaan.[3] Konsennya adalah kebudayaan-kebudayaan kecil dan terpinggirkan. Kesenian lokal seperti ronggeng, reog, jaranan, tari tradisional lokal juga kesenian santri seperti hadroh mendapat perhatian yang cukup serius.[4] Bahkan demi mendalami kebudayaan, pada pertengahan 2000an Ia memutuskan untuk pensiun dini dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan mendirikan Desantara, sebuah organisasi non pemerintah yang berusaha membantu masyarakat sipil khususnya komunitas sipil marginal dalam mengelola sumber daya kebudayaan, politik, ekonomi dan lingkungan untuk membangun kemandirian.[5] Bahkan Bisri dengan Desantara telah mengantarkan banyak jusnalis dan penulis mengenali corak kajian dan tulisan yang khas melalui Majalah Desantara, Jurnal Srinthil dan Buletin Ngaji Budaya.
Karya Bisri Effendy
Bisri merupakan penulis buku “Kebudayaan Orde Baru”. Pada Mei 2020 lalu, tulisan Bisri berjudul “Komunisme, Siapa Takut” sempat diterbitkan Kajanglako, sebuah media online, bahkan tulisan tersebut sempat menjadi perbincangan di beberapa media sosial. Di tahun yang sama juga, ia menerbitkan tulisan berjudul Hantu Komunisme: Sebuah Psikologi Politik". Bahkan, Bisri mendapatkan gelar S2 berkat penyetaraan melalui buku mengenai PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura ( dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sana).
Karir
Bisri adalah seorang penulis, peneliti dan pengamat kebudayaan.[6] Ia adalah Direktur Desantara dan Tankinaya Institute. Selama ini Bisri banyak menulis tentang agama, politik, dan kebudayaan, termasuk sastra di berbagai media cetak (Pelita, Jurnal Ekuin, Kompas, Pikiran Rakyat, Jawa Pos, Kaltim Pos, Fajar Makassar, Surya, dan Sindo), di majalah (Pesantren, Expo, Prisma, Desantara, Jurnal Perempuan, warta ATL, dan Gatra), dan di Jurnal (Masyarakat Indonesia, Srinthil, Mimikri, dan Pusaka). Ia juga merupakan kontributor di banyak media online seperti Historead, kajanglako dan dunia santri.[7]
Bisri juga dikenal sebagai dosen honorer di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia pernah menjadi penulis di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (sebelum akhirnya pensiun dini di pertengahan 2000an). Ia merupakan editor dari Penerbit Bulan Bintang, Jakarta. Dosen Perguruan Tinggi Shalahuddin al-Ayyubi, Bekasi. Pendiri Asosiasi Tradisi Lisan, Jakarta. Pendiri Desantara, Depok. Konsultan Pendidikan Yayasan Permata Hati, Bekasi. Pendiri Jejaring Duniasantri, Depok.
Meninggalnya Bisri Effendy
Bisri Effendy meninggal dunia pada Senin, 17 Agustus 2020 malam tepat di hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-75 tahun.[8] Almarhum disemayamkan di kediamannya di Kukusan, Depok, Jawa Barat sebelum dikebumikan. Bisri Effendy lahir di Jember, Jawa Timur pada 12 Maret 1953. Atas meninggalnya Bisri, sahabat-sahabatnya membuatkan Orbituari untuknya yang berjudul “Orbituari Bisri Effendy”.
Referensi
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Februari 2023.