Benteng Willemstad

Benteng Willemstad atau Benteng Takome adalah benteng yang terletak di Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat, Kota Ternate.[1] Benteng Willemstad diusulkan menjadi salah satu cagar budaya Indonesia ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate. Pendaftarannya pada tanggal 26 November 2014.[2] Benteng Willemstad merupakan salah satu benteng yang masih utuh di Pulau Ternate.[3] Letak benteng ini di bagian barat laut Pulau Ternate. Jaraknya sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Ternate.[4] Wilayahnya masuk dalam Kelurahan Takome. Benteng Willemstad berdekatan dengan bekas sungai berusia tua. Ketinggian benteng adalah 30 meter di atas permukaan laut. Sekeliling Benteng Willemstad merupakan kebun yang dikelola oleh masyarakat setempat. Jarak antara benteng dari pesisir adalah 150 meter. Bentuk Benteng Willemstad adalah segi empat. Benteng Willemstad dibangun pada awal abad ke-17 Masehi atas perintah seorang laksamana Belanda yang bernama Simon Jansz Hoen. Pembangunan benteng ini dikerjakan oleh 100 orang pasukan Belanda. Tujuan pembangunan benteng adalah melindungi wilayah Pulau Ternate bagian utara dari serangan Spanyol. Sultan Said Barakati pernah mengunjungi Benteng Willemstad pada tanggal 1 April 1606 sebagai persinggahan menuju Kesultanan Jailolo. Selain sebagai benteng pertahanan, Benteng Willemstad juga menjadi tempat pengumpulan dan perdagangan cengkih sejak tanggal 4 November 1609.[1]

Referensi

  1. ^ a b Adrisijanti, Inajati (ed.). Benteng Dulu, Kini dan Esok (PDF). Yogyakarta: Kepel Press. hlm. 102–103. ISBN 978-602-1228-65-4. 
  2. ^ "Benteng Takome (Wlliem Start) - Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-11. Diakses tanggal 11 Juli 2021. 
  3. ^ "Semua Benteng di Ternate Dibangun demi Cengkih - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 11 Juli 2021. 
  4. ^ Leirissa, dkk. (1999). Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra (PDF). Jakarta: Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. hlm. 43.