Drosera, umumnya dikenal sebagai beladu, (bahasa Inggris : sundew) adalah salah satu genera yang terbesar dari tanaman karnivora, dengan setidaknya 194 spesies.[1] Anggota keluarga Droseraceae ini memikat, menangkap, dan mencerna serangga menggunakan tentakel-tentakel dengan "lem" di ujungnya. Serangga yang dicerna digunakan untuk memberikan mineral dan nutrisi untuk tanaman. Berbagai spesies dapat ditemukan di setiap benua kecuali Antartika.[2]
Nama botanis (dari bahasa Yunani δρόσος: drosos = "embun") dan nama umum bahasa Inggris (sundew, berasal dari bahasa Latinros solis, yang berarti "embun matahari") merujuk pada tetes "lem" di ujung masing-masing tentakel yang menyerupai tetes embun pagi. Jenis tumbuhan beladu yang dapat ditemukan di Indonesia antara lain Drosera spatulata, Drosera burmanii, Drosera petiolaris, Drosera banksii, Drosera Indica dan masih banyak lagi.
Karakteristik
Tanaman beladu adalah ternamenahun (atau jarang yang semusim), berbentuk seperti mawar dengan tinggi antara 1 hingga 100 cm (0,39 hinggi 39,37 inci), tergantung pada spesiesnya. Spesies yang merambat membentuk batang yang dapat berukuran jauh lebih panjang, mencapai 3 m (9,8 kaki) untuk spesies D. erythrogyne.[3] Beladu dapat bertahan hidup hingga 50 tahun.[4] Genus ini begitu terkhususkan karena penyerapan nutriennya dengan perilaku karnivora. Bunga beladu kerdil kehilangan enzim (khususnya nitrat reduktase)[5] yang biasanya digunakan oleh tumbuhan untuk menyerap nitrat yang terikat dengan tanah.
Bentuk pertumbuhan
Genus ini dapat dibagi atas beberapa bentuk pertumbuhan:
Beladu beriklim sedang: Spesies-spesies drosera dalam kelompok ini membentuk suatu klaster daun-daun terbentang rapat yang disebut dalam suatu periode dormansi musim dingin (sama dengan hemikriptofit). Semua spesies Amerika Utara dan Eropa masuk dalam kelompok ini. Drosera arcturi dari Australia (termasuk Tasmania) dan Selandia Baru adalah spesies beriklim sedang lainnya yang kondisi hibernakulum-nya membentuk tanduk.
Beladu subtropis: Spesies-spesies dalam kelompok ini mempertahankan pertumbuhan vegetatif sepanjang tahun dalam kondisi iklim yang seragam atau hampir seragam.
Beladu kerdil: Kelompok yang terdiri atas sekitar 40 spesies Australia, yang dibedakan dari pertumbuhannya yang mini, pembentukan gema untuk reproduksi aseksual, dan formasi rambut yang padat di pusat mahkota. Rambut itu berfungsi untuk melindungi drosera dari sinar matahari musim panas Australia yang intens. Beladu kerdil membentuk subgenus Bryastrum.
Beladu berumbi: Hampir 50 spesies Australia membentuk umbi bawah tanah untuk bertahan hidup dalam musim panas di habitat mereka yang panasnya ekstrem dan muncul kembali di atas tanah di musim dingin. Oleh karena itu, kelompok ini disebut drosera berumbi yang dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu yang berbentuk seperti mawar dan yang membentuk batang untuk merambat atau memanjat. Drosera berumbi membentuk subgenus Ergaleium.
Petiolaris kompleks: Sekelompok spesies tropis Australia yang hidup dalam kondisi yang secara konstan hangat, tapi terkadang basah. Beberapa dari 14 spesies yang membentuk kelompok ini telah mengembangkan strategi khusus untuk mengatasi kondisi yang lebih kering. Sebagai contoh, banyak spesies memiliki tangkai (petiol) yang banyak dan rapat serta tertutup dalam trikoma, yang menjaga lingkungannya agar cukup lembap dan berfungsi sebagai permukaan untuk meningkatkan kondensasi sehingga menghasilkan embun pagi. Petiolaris kompleks membentuk subgenus Lasiocephala.
Selain kelompok di atas, terdapat sejumlah spesies yang bentuk pertumbuhannya tidak dapat didefinisikan secara tegas, mereka sering dimasukkan bersama-sama dalam suatu kelompok lain:
Drosera Queensland: Kelompok kecil terdiri atas tiga spesies, yaitu D. adelae, D. schizandra, dan D. prolifera) yang hidup di habitat sangat lembap dalam kegelapan hutan hujan Australia.
Catatan
^McPherson, Stewart R. (2010). Fleischmann, Andreas; Robinson, Alastair, ed. Carnivorous Plants and their Habitats (dalam bahasa bahasa Inggris). 2 volumes. Redfern Natural History Productions Ltd.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^McPherson, Stewart R. (2008). Glistening Carnivores: The Sticky-leaved Insect-eating Plants (dalam bahasa bahasa Inggris). Redfern Natural History Productions Ltd. ISBN978-0955891816.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Mann, Phill (22-10-2001). "The world's largest Drosera". Carnivorous Plant Newsletter (dalam bahasa bahasa Inggris). 30 (3): 79. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-29. Diakses tanggal 2021-01-24.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Karlsson PS, Pate JS (1992). "Contrasting effects of supplementary feeding of insects or mineral nutrients on the growth and nitrogen and phosphorus economy of pygmy species of Drosera". Oecologia. 92: 8–13. doi:10.1007/BF00317256.
Olberg, Günter: Sonnentau, Natur und Volk, Bd. 78, Heft 1/3, pp. 32–37, Frankfurt, 1948
Rivadavia, Fernando; Kondo, Katsuhiko; Kato, Masahiro und Hasebe, Mitsuyasu: Phylogeny of the sundews, Drosera (Droseraceae), based on chloroplast rbcL and nuclear 18S ribosomal DNA Sequences, American Journal of Botany. 2003;90:123-130. (Daring: http://www.amjbot.org/cgi/content/full/90/1/123)
Seine, Rüdiger; Barthlott, Wilhelm: Some proposals on the infrageneric classification of Drosera L., Taxon 43, 583 - 589, 1994
Schlauer, Jan: A dichotomous key to the genus Drosera L. (Droseraceae), Carnivorous Plant Newsletter, Vol. 25 (1996)