Makanan ini dipercayai sebagai afrodisiak dan dianggap berprotein tinggi, balut dapat ditemukan di toko kaki lima pada malam hari. Makanan ini kadang disajikan dengan bir. Dalam bahasa bahasa Tagalog dan bahasa Melayu (termasuk bahasa Indonesia), balut (balot) berarti "membungkus".
Sajian
Telur Balut secara tradisional, adalah telur yang telah dibuahi diinkubasi di bawah sinar matahari atau dikubur di pasir, dan disimpan dalam keranjang untuk menjaga kehangatan. Agar embrio dapat berkembang secara normal, embrio harus terkena panas dalam jangka waktu yang tepat, dan pada saat yang sama memastikan bahwa suhunya tidak terlalu panas untuk membahayakan telur atau terlalu dingin untuk memungkinkan pertumbuhan. Embrio sangat sensitif terhadap suhu tinggi, dan mudah mati saat dimasak di bawah sinar matahari. Setelah sembilan hari, telur-telur tersebut diletakkan di bawah cahaya, dalam proses yang disebut candling, untuk memperlihatkan embrio di dalamnya. Produksi balut bergantung pada siklus pematangan telur, dimana telur mulai berkembang dan mengalami perubahan tekstur. Sepanjang berbagai periode pematangan ini, suhu yang berbeda diperlukan untuk menonjolkan karakteristik telur dan embrio tertentu. Dalam beberapa tahap pertama pematangan, balut dikenal sebagai "balut sa puti" ("dibungkus dengan warna putih") jika sudah matang. putih; embrio di dalamnya belum cukup berkembang untuk menunjukkan paruh, bulu atau cakar, dan tulangnya belum berkembang. Ini terbuat dari jenis telur yang sangat spesifik, berumur kurang dari lima hari dan tidak ada retakan permukaan yang terlihat.[1]
Durasi inkubasi telur tergantung pada preferensi masyarakat setempat. Di Filipina, balut umumnya diinkubasi selama 14 hingga 18 hari sebelum direbus untuk dikonsumsi. Pada masa inkubasi sekitar 14 hingga 16 hari, embrio mengapung di atas putih telur dan kuning telur, dan balutnya disebut "mamatong". Bagi sebagian besar pembuat balut, masa inkubasi yang ideal adalah 17 hari.
Ada versi lain dari balut. Dalam versi Kamboja, pong tea khon, telur diinkubasi selama 18 hingga 20 hari. Dalam versi Vietnam, telur diinkubasi selama 19 hingga 21 hari, ketika embrio sudah cukup umur untuk dikenali sebagai bayi bebek dan memiliki tulang yang keras namun empuk saat dimasak. Beberapa pria lebih suka memakan embrio yang sudah jauh lebih berkembang.[2]
Nilai gizi
Nilai gizi dalam telur balut dapat berbeda-beda, karena bisa berupa telur ayam atau telur itik yang telah dibuahi. Spesifikasi gizi balut antara ayam dan bebek memiliki sedikit perbedaan, namun kedua telur tersebut memiliki sekitar 14 gram protein kasar, masing-masing 188 kalori, dan sekitar 100 miligram kalsium. telur itik mungkin memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan telur ayam, namun secara keseluruhan, baik balut ayam maupun bebek memiliki nilai gizi yang kurang lebih sama.
Dalam pengobatan tradisional, menurut kepercayaan populer orang Vietnam, telur balut adalah makanan bergizi, dan dapat memulihkan bagi wanita hamil dan pasca melahirkan.[3]
Telur balut
Nilai gizi dalam Telur balut
Kontroversi dalam agama
Balut dilarang bagi beberapa kelompok agama. Baik Yudaisme maupun Islam, kedua agama tersebut memiliki larangan ketat terhadap konsumsi makanan yang disiapkan dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum makanan yang ditentukan agama. Dalam Yudaisme, embrio anak ayam di dalam telur burung, bahkan burung halal, dilarang untuk dikonsumsi. Menurut Islam, Al-Qur'an melarang konsumsi daging jika hewan tersebut tidak disembelih dengan benar, sehingga menjadikan hewan atau produk hewan tersebut "bangkai". Karena balut adalah telur yang mengandung embrio yang berkembang sebagian, hal ini menjadikannya "haram", atau "terlarang", dikarenakan ada kandungan bangkai dan darah. Adapun bangkai yang dihalalkan dalam Islam ialah bangkai ikan dan belalang.[4][5]