Baja bebas radiasi (bahasa Inggris: Low-background steel) adalah semua baja yang diproduksi sebelum gelombang ledakan bom atom pertama pada tahun 1940-an dan 1950-an. Akibat proyek Trinity dan pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945, serta uji coba senjata nuklir pada masa-masa awal Perang Dingin, kadar radiasi latar belakang meningkat di seluruh dunia. Baja masa kini tercemar oleh radionuklida karena proses pembuatannya membutuhkan udara bebas (atmosfer). Baja bebas radiasi disebut demikian karena tidak tercemar nuklir. Baja ini dijadikan bahan alat-alat yang memerlukan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi radionuklida.
Sejak 1856 hingga pertengahan abad ke-20, baja diproduksi menggunakan proses Bessemer (udara dialirkan melalui konverter Bessemer yang mengubah besi kasar menjadi baja). Pada pertengahan abad ke-20, banyak pabrik baja beralih ke pemrosesan oksigen dasar yang memakai oksigen murni alih-alih udara biasa. Namun, kedua proses ini menggunakan gas atmosfer sehingga rentan tercemar partikulat udara. Udara masa kini mengandung radionuklida seperti kobalt-60 yang kemudian bercampur dengan baja. Jejak-jejak radioaktif lemah pun dapat ditemukan di dalam baja modern.[2]
Kadar radiasi latar belakang antropogenik dunia mencapai puncaknya (0,15 mSv/tahun di atas kadar normal) pada tahun 1963, ketika Perjanjian Pelarangan Sebagian Uji Coba Nuklir mulai berlaku. Sejak saat itu, radiasi latar belakang antropogenik menurun jauh menjadi 0,005 mSv/tahun di atas kadar normal.[3]
Pencemaran radioaktif kobalt-60 beberapa kali terjadi karena baja didaur ulang melalui rantai pasokan logam bekas.[4]
Keperluan
Peralatan yang membutuhkan baja bebas radiasi adalah:
Karena fungsinya mendeteksi radiasi dari material radioaktif, alat-alat ini membutuhkan lingkungan radiasi yang sangat rendah agar sensitivitasnya optimal. Ruang pencacahan bebas radiasi terbuat dari baja jenis ini dengan pelindung radiasi yang sangat banyak. Ruangan ini digunakan untuk mendeteksi emisi nuklir terkecil.[5]