Asosiasionisme merupakan gagasan yang menyatakan bahwa proses mental beroperasi dengan asosiasi satu keadaan mental dengan keadaan penerusnya.[1] Hal ini berarti seluruh proses mental terdiri dari unsur-unsur psikologis diskrit dan kombinasinya yang diyakini terdiri dari sensasi atau perasaan sederhana.[2] Dalam filsafat, gagasan ini dipandang sebagai hasil empirisme dan sensasionisme.[3] Konsep tersebut mencakup teori psikologi serta landasan filosofis dan metodologi ilmiah yang komprehensif.[2] Selain itu, asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum–hukum asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan.[butuh rujukan]
Sejarah
Aliran ini dapat di bagi menjadi dua bagian yakni ssosiasionisme lama dan asosiasionisme baru atau neo-asosiasionisme. Asosiasionisme lama sudah berkembang sejak Aristoteles mengemukakan hukum–hukum terjadinya asosiasi yaitu kesamaan (simiarity), perlawanan (contrast), dan kedekatan (contiguity). Salah satu tokoh asosiasionisme lama antara lain Thomas Hobbes.[4]
Referensi
- ^ The faculties : a history. Dominik Perler. Oxford. 2015. ISBN 978-0-19-993525-3. OCLC 896787324.
- ^ a b Bailey, Richard (2018-02-06). Education in the Open Society - Karl Popper and Schooling (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-351-72648-1.
- ^ Banerjee, J. C. (1994). Encyclopaedic dictionary of psychological terms. New Delhi: M.D. Publications. ISBN 81-85880-28-X. OCLC 33860167.
- ^ Anderson, John R. (2014). Human Associative Memory. G. H. Bower. Hoboken: Taylor and Francis. ISBN 978-1-317-76988-0. OCLC 871224620.