Kemungkinan besar mereka adalah keturunan orang-orang Albania[6][7] yang bermigrasi pada abad pertengahan karena diundang oleh penguasa Byzantium dan Romawi untuk menjadi tentara dan menempati kota-kota yang kosong akibat peperangan dan wabah penyakit.[8][9][10][11] Selain itu, mungkin pula leluhur mereka adalah orang-orang yang meninggalkan Albania ke Yunani untuk menghindari Islamisasi di bawah pemerintahan Ottoman pada abad ke-14 hingga ke-16.
Saat Perang Kemerdekaan Yunani, Arvanit bekerja sama dengan bangsa Yunani untuk melawan Turki Ottoman. Dan beberapa di antaranya dihormati sebagai pahlawan nasional Yunani.
Selama abad ke-20, setelah pembentukan negara bangsa Albania, segelintir kaum Arvanit di Yunani memisahkan diri dari asimilasi. Pada saat yang sama, banyak orang Arvanit pada dekade-dekade awal mempertahankan sikap asimilasi,[12] yang mengarah pada lunturnya penggunaan bahasa tradisional mereka. Pada beberapa waktu, khususnya di bawah rezim nasionalis di bawah Ioannis Metaxas, lembaga-lembaga negara Yunani mengeluarkan kebijakan yang secara aktif membatasi penggunaan dialek Arvanitika. Pada dekade-dekade setelah Perang Dunia II dan Perang Saudara Yunani, banyak orang Arvanit mendapat tekanan untuk meninggalkan bahasa Arvanitika demi monolingualisme dalam bahasa Yunani varian Katharevousa yang menjadi varian baku hingga tahun 1976. Kecenderungan ini lazim terjadi pada umumnya selama kekuasaan junta militer Yunani 1967–1974.[13]
Referensi
^D Tsitsipis, L., 2004. A phenomenological view of language shift. Collegium antropologicum, 28(1), pp.55-62.
^Hart, Laurie Kain (1999). "Culture, Civilization, and Demarcation at the Northwest Borders of Greece". American Ethnologist. 26: 196. doi:10.1525/ae.1999.26.1.196.
^Fine, John V. A. (1994). The Late Medieval Balkans: A critical survey from the late twelfth century to the Ottoman conquest. Ann Arbor: University of Michigan Press. hlm. 250, 321, 329.