Ad hominem argumentum ab auctoritate atau argumentum ad verecundiam atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai appeal to authority atau argument from authority adalah kesesatan pikir dengan mengedepankan pendapat tokoh yang berpengaruh untuk menjadi dasar atau bukti argumentasi.
Membangun argumen dengan dasar seperti ini bisa menghasilkan kesimpulan yang keliru, walaupun dalam kondisi tertentu memang pendapat dari orang yang ahli yang kompeten memang merupakan cara yang aman untuk menetapkan sesuatu, terutama jika memang ada konsensus yang luas dalam bidang tersebut. Dalam kasus seperti ini, pernyataan sumber harus bisa diperiksa ulang kebenarannya, terutama dari kejujuran tokoh tersebut, kompetensinya dalam pembahasan topik yang dimaksud, adanya kemungkinan konflik kepentingan dalam menciptakan pernyataan, dan sebagainya.
Contoh paling umum dalam penggunaan kesesatan pikir ini adalah:
- A menyatakan bahwa X adalah benar
- A adalah pakar di bidang yang menangani X
- Maka X pasti benar
Pernyataan ini bisa menghasilkan kesalahan, karena seorang tokoh terkenal dan otoritatif sekalipun bisa saja keliru. Sehingga pernyataan tersebut harus bisa terlebih dahulu dibuktikan melalui bukti yang nyata atau melalui logika deduktif.
Kesesatan pikir seperti ini sering terjadi di institusi perusahaan, pemerintahan, atau militer, karena seringkali tercipta hierarki yang mempengaruhi persepsi akan kebenaran.
Penyebab
Beberapa eksperimen menjelaskan mengapa kesesatan pikir seperti ini sering terjadi. Dalam psikologi, memang dikenal adanya kecenderungan bias kognitif, yang menyebabkan seseorang cenderung ditekan untuk mengikuti kesepakatan kelompok, yang terlihat dari efek Asch. Dalam percobaan Asch yang diulang terus-menerus, terlihat kecenderungan mereka yang dianggap lebih tinggi statusnya dalam kelompok akan lebih banyak disetujui oleh yang lain, walaupun jelas bahwa pernyataan yang ia lontarkan keliru.
Lebih jauh, manusia cenderung mengalami tekanan emosional saat harus menyatakan pendapat yang bertentangan dengan otoritas atau pendapat mayoritas, sehingga mereka merasa lebih aman jika mengikuti saja apa yang menjadi kesepakatan banyak orang, yang cenderung memgikuti orang yang dianggap berpengaruh.
Dalam eksperimen Milgram, lebih jauh ditemukan bahwa orang-orang lebih cenderung patuh kepada sesuatu saat dipresentasikan oleh pihak yang memiliki otoritas. Pada saat misalnya jas laboratorium yang dikenakan oleh pihak yang memiliki otoritas dilepaskan, yang membuat kesan otoritatif berkurang, maka kepatuhan orang-orang di sekitarnya menurun hingga 20 persen, yang awalnya lebih dari 50 persen.