"Archaeoraptor" adalah sebuah nama generik untuk sebuah khimairafosil dari Tiongkok pada sebuah artikel yang diterbitkan di majalahNational Geographic pada 1999. Majalahnya mengklaim bahwa fosil ini merupakan sebuah "rantai yang hilang" antara burung dan dinosaurustheropoda darat. Bahkan sebelum penerbitan ini, terdapat keraguan besar mengenai keaslian fosil ini. Studi ilmiah lebih lanjut mengungkap bahwa fosil ini adalah sebuah fosil palsu yang terbuat dari potongan-potongan dari fosil asli yang disusun ulang dari beberapa fosil spesies yang berbeda. Zhou et al. menemukan bahwa kepala dan bagian tubuh atasnya merupakan bagian dari spesimen fosil burung primitif Yanornis.[1] Studi tahun 2002 menunjukkan bahwa ekornya berasal dari seekor dromaeosaurid bersayap kecil, Microraptor, yang dinamai pada 2000.[2] Kaki dan pahanya milik hewan yang masih belum diketahui saat ini.[3][4]
Skandal ini memberi perhatian ke transaksi fosil ilegal yang dilaksanakan di Tiongkok. Meski "Archaeoraptor" merupakan fosil palsu, banyak contoh dinosaurus berbulu sungguhan telah ditemukan, mendemonstrasikan hubungan evolusioner antara burung dan theropoda lainnya.[5]
Referensi
^Zhou, Zhonghe, Clarke, Julia A., Zhang, Fucheng. "Archaeoraptor's better half." Nature Vol. 420. 21 November 2002. pp. 285.
^Holden, Constance. "Florida Meeting Shows Perils, Promise of Dealing for Dinos" Science 14 April 2000. Vol.288 no.5464 pp.238-239. DOI:10.1126/science.288.5464.238a
^Timothy Rowe, Richard A. Ketcham, Cambria Denison, Matthew Colbert, Xing Xu, Philip J. Currie, 2001, "Forensic palaeontology: The Archaeoraptor Forgery", Nature410, 539 - 540 (29 Mar 2001), DOI:10.1038/35069145