Sebuah kereta api dikatakan anjlok jika kereta tersebut keluar dari rel. Meskipun kebanyakan insiden kereta anjlok bersifat minor, dampaknya bisa menyebabkan terjadinya gangguan sementara dalam pengoperasian kereta api, dan bahkan berpotensi membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia.
Pada abad ke-19, anjloknya sebuah kereta sering terjadi, tetapi ditingkatkannya langkah-langkah pengamanan menyebabkan insiden tersebut bisa distabilkan pada tingkat terendah. Di Amerika Serikat, insiden kereta anjlok telah menurun drastis sejak 1980-an, dari 3.000 insiden per tahun (1980) menjadi 500 insiden per tahun (2010).[1][2]
Klasifikasi
Anjloknya sebuah kereta bisa disebabkan oleh beberapa hal, yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kegagalan mekanik utama pada komponen rel (seperti rel rusak, rel melebar)
Kegagalan mekanik utama pada komponen gigi roda kereta (misalnya kegagalan kotak gandar, kerusakan roda)
Kesalahan pada geometri komponen rel atau gigi roda yang mengakibatkan kegagalan kuasistatis saat kereta berjalan (misalnya jalur menanjak karena penggunaan roda atau rel yang berlebihan, rel terlepas)
Efek dinamis akibat interaksi antara rel dengan kereta (misalnya osilasi ekstrem, pemantulan vertikal, pergeseran rel, kecepatan yang berlebihan)
Pengoperasian kereta yang tidak tepat, atau kesalahan sinyal
Penanganan kereta (anjlok karena gaya traksi atau pengereman mendadak)