Anggrek serat
Anggrek serat adalah salah satu tumbuhan endemik Indonesia.[2] Tumbuhan ini menjadi flora identitas Provinsi Sulawesi Tenggara.[2] Anggrek serat termasuk dalam suku ''Orchidaceae''.[2] Nama ilmiah anggrek serat adalah Dendrobium utile dan sinonimnya adalah Diplocaulobium utile.[3] Nama anggrek serat dalam bahasa lokal Sulawesi adalah anomi, anemi atau alemi.[3] Tumbuhan ini bernama anggrek serat karena umbi semu dari tanaman ini mengandung serat yang kadang serat tersebut dimanfaatkan untuk bahan anyaman.[3] GambaranJenis anggrek serat tergolong tanaman epifit yaitu tanaman yang hidupnya menempel pada sebuah batang pohon.[4] Secara umum anggrek serat terdiri dari bunga, batang, akar, umbi semu dan daun.[3] Anggrek serat memiliki umbi semu yang kecil, agak pipih dan lebih keras dari umbi semu pada anggrek yang lain.[3] Umbi semu pada tumbuhan ini tumbuh memanjang seperti batang dan berwarna hijau kekuningan.[3] Daun anggrek serat berbentuk lanset dan terletak pada setiap ketiak pada batang.[3] Daun tumbuhan ini relatif kecil daripada daun anggrek lain.[3] Tumbuhan epifit ini, memiliki bentuk akar yang unik yang unik.[3] Keunikan tersebut adalah akar anggrek serat membentuk suatu rhizome merambat teratur serta membentuk roset seperti tumbuhna paku sarang burung.[3] Akar anggrek serat menjadi alat utama bagi tanaman bunga ini untuk menempel pada pohon tempat hidupnya.[3] Bunga anggrek serat terdiri dari mahkota bunga dan kelopak bunga.[4] Bunga anggrek serat muncul pada setiap tangkai dan tangkai ini muncul pada setiap lipatan daun.[4] Mahkota dan kelopak bunga pada anggrek serat ini dinamakan perhiasan bunga.[4] Mahkota dan kelopak bunga anggrek serat berwarna kuning dan bentuknya menyempit dan memanjang.[4] Tanaman anggrek serat banyak dipelihara di dalam pot.[4] Tumbuhan ini mbanyak dibudidayakan bukan karena keindahan mahkota bunganya tetapi karena umbi semunya.[4] Penampilan umbi semu pada anggrek serat terlebih menarik dnegan warna yang mengkilat, bahka lebih menarik dari bunganya sendiri.[4] Pada umbi semu anggrek serat terdapat serat-serat sklerenkim yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.[4] Keperluan tersebut misalnya untuk membuat barang-barang anyaman.[4] Masyarakat setempat mendapatkan serat tanaman ini dengan cara membelah-belah umbi secara memanjang lalu dipipihkan.[4] Setelah selesai dipipih, serat kemudian dililitkan pada balok kayu berbentuk kotak dan dibiarkan sampai kering.[4] Serat anggrek yang sudah kering akan berwarna kuning keemasan dan mengkilat.[4] Serat dari anggrek jenis ini memiliki harga yang mahal karena bahan bakunya sulit didapat.[4] PerkembangbiakanSecara alami anggrek serat berkembangbiak menggunakan biji yang dihasilkan dari penyerbukan.[4] Meskipun demikian, dalam budidaya yang dilakukan oleh manusia, tanaman ini diperbanyak dengan cara membagi bagian umbi semu dari rumpun anggrek serat.[4] Perbanyakan juga dapat dilakukan dnegan cara kultur jaringan.[4] Mengingat nilai ekonomi yang cukup tinggi, tanaman ini perlu dibudidayakan secara luas.[4] Habitat dan persebaranTanama anggrek serat merupakan salah satu tanaman endemik Indonesia.[5] Anggrek serat secara alami tumbuh dan tersebar di daerah pedalaman di Sulawesi, termasuk wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara.[5] Anggrek Serat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian sampai kurang lebih 150 mdpl.[5] Wilayah persebarannya anggrek serat mulai dari Sulawesi dampai ke arah timur Indonesia yaitu Papua.[5] Status konservasiDari tahun ke tahun, populasi anggrek serat kian menipis.[5] Hal ini disebabkan karena terjadi pemanfaatkan secara besar-besaran terhadap tumbuhan ini untuk diambil seratnya yang memiliki harga mahal.[5] Saat ini anggrek serat jarang ditemui, keberadaannya sudah berada di ambang kepunahan.[5] Kurangnya kesadaran warga untuk melestarikan tumbuhan ini juga menjadi faktor pendorong kelangkaan anggrek serat.[5] Tanaman anggrek serat merupakan tanaman yang berumur pendek, hal ini juga menjadi faktor kelangkaan populasi anggrek serat.[5] Faktor lainnya yang mempengaruhi jumlah populasi anggrek serat adalah tanaman ini sulit hidup apabila tidak ditanam pada habitat aslinya.[5] Penebangan kayu secara liar dan besar-besaran serta pembukaan hutan membuat habitat asli anggrek serat terus berkurang.[5] Hal ini tentunya akan mempengaruhi pupulasi anggrek serat. Proses panambahan barang tambang juga mempunyai dampak bertambahnya suhu lingkungan menjadi lebih gersang dan panas sehingga tidak mendukung kehidupan anggrek serat.[5] Referensi
|