Analog nukleosida adalah senyawa kimia yang dimodifikasi dari nukleosida alami yang merupakan bahan DNA. Analog nukleosida memiliki struktur yang meniru nukleosida alami tetapi sengaja dirancang agar menghalangi sintesis DNA atau menghalangi enzim-enzim yang terlibat. Senyawa seperti ini digunakan dengan tujuan obat, terutama obat antivirus karena keberadaan senyawa ini dapat mengecoh proses replikasi virus. Obat analog nukleosida pertama dikembangkan oada tahun 1960an, Hingga 2018, jumlahnya telah melebihi 25 obat, yang sangat penting dalam pengobatan penyakit-penyakit yang disebabkan virus, termasuk tenofovir (obat HIV/AIDS), lamivudin/entesavir (obat hepatitis B), sofosbuvir (obat hepatitis C), dan asiklovir (obat herpes).[1]