Amir Damanik (gangster)Amir Damanik adalah seorang gangster dan broker politik[1] di era tahun 1970, Di era itu Terminal Sukadame, yang sebelumnya merupakan rawa-rawa, perkembangannya sangat pesat sehingga menjadi salah satu pusat perekonomian di Kota Pematangsiantar.[2] Perjalanan hidupDi era tahun 1970, Terminal Sukadame di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara merupakan tempat para jawara atau preman Kota Pematangsiantar berebut lahan kekuasaan. Ketika itu banyak jawara salah satunya Amir Damanik, Ramli Silalahi, Nasib dan banyak nama preman tenar lainnya kala itu menjadi penguasa yang paling ditakuti di kawasan itu. Para jawara berbagi kekuasaan, berbagai kegiatan yang menghasilkan uang di Terminal Sukadame seperti bongkar muat, mandor bus angkutan umum dan keamanan para pedagang, serta berbagai kegiatan lainnya. Namun setelah 40 tahun lebih berlalu Terminal Sukadame berubah total bukan lagi menjadi terminal angkutan umum pasca-dipindahkannya Terminal Kota Pematangsiantar ke Tanjungpinggir di masa Wali Kota Robert Edison Siahaan, namun sudah menjadi salah satu pusat pemasaran hortikultura atau sayur mayur di Sumatera Utara. Dulunya Terminal Sukadame sangat dikenal sebagai sarang preman di Kota Pematangsiantar namun sekarang walaupun tidak terurus menjadi pusat perdagangan hortikultura di Sumatera Utara," ujar L Simaremare, seorang warga di sekitar Terminal Sukadame. Amir Damanik dikenal karena memiliki ilmu kebal terhadap benda tajam. Amir Damanik yang kemudian dikenal dengan julukan Singa Siantar juga dikabarkan bisa menghilang dan berubah wujud. Sementara Ramli Silalahi terkenal dengan kecerdikannya. KematianAmir Damanik dikenal karena memiliki ilmu kebal terhadap benda tajam. Amir Damanik yang kemudian dikenal dengan julukan Singa Siantar juga dikabarkan bisa menghilang dan berubah wujud. Sementara Ramli Silalahi terkenal dengan kecerdikannya. Mereka menjadi rival berat dalam perebutan kekuasaan di Siantar. Pertarungan antara keduanya selalu menjadi buah bibir. Bahkan, saat tersiar kabar bahwa keduanya akan bertarung di areal Terminal Sukadame, ribuan warga Siantar pasti berbondong-bondong datang untuk menyaksikannya. Setelah Amir Damanik terbunuh dengan cara disiram air keras oleh beberapa musuhnya, ditambah dengan munculnya penembak misterius (Petrus), nama-nama penguasa Siantar ini mulai jarang kedengaran. Beberapa di antaranya beralih profesi menjadi pengusaha, sedangkan sebagian lagi pergi meninggalkan Siantar. Terminal itu kemudian tak terkendali dan dikuasai preman-preman baru. Para pencopet mulai bermunculan. Bahkan, tak jarang warga yang hendak bepergian melalui terminal itu harus menangis karena seluruh uangnya hilang diambil copet. Agen bus liar sering memaksa penumpang naik bus dan sesukanya mematok ongkos. Muncul pula penjual buku yang sering memaksa penumpang membeli buku dan penyemir sepatu yang sering mengancam penumpang. Akibatnya, terminal mulai sepi karena penumpang enggan naik atau turun di tempat itu. Oleh warga dari daerah lain, Siantar kemudian disebut sebagai ’kota copet’. Warga Siantar yang berada di perantauan pun kena getahnya karena sering disebut sebagai copet. Keadaan itu berlangsung hingga pertengahan 1990 sebelum kepolisian melakukan operasi preman secara rutin. Pasca dipindahkannya terminal ke Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba, Oleh Walikota Siantar RE Siahaan, eks Terminal Sukadame kemudian dijadikan sebagai terminal Agri Bisni yang menampung hasil pertanian dari daerah sekitar. Transaksi perdagangan di tempat itu biasanya dilakukan pada malam hari. Untuk menunjang aktivitas perdagangan malam hari, Pemerintah Kota Siantar membangun lampu jalan untuk menerangi seluruh area terminal. Pada siang hari, eks terminal ini masih disibukkan oleh aktivitas awak bus yang enggan pindah ke Terminal Tanjung Pinggir.Sayangnya, karena lapak-lapak pedagang yang berada di sekeliling terminal tak terurus menyebabkan kondisi terminal menjadi kumuh. Walau telah berubah fungsi, namun segenap sejarah dan romantika yang terjadi terminal itu akan selalu menjadi kenangan bagi masyarakat Siantar baik yang tinggal di Siantar maupun diperantauan. Eks Terminal Sukadame, merupakan saksi bisu tentang kerasnya kehidupan di Kota Siantar. Terminal itu telah melahirkan beberapa nama yang sukses sebagai pengusaha. Misalnya Alm Ramli, Dobur, dan sejumlah nama lainnya yang menjadi kontraktor papan atas di Siantar. Sementara sejumlah nama lainnya menjadi orang yang sangat disegani di tanah rantau. Referensi
|