Alexandre Edmond BecquerelAlexandre Edmond Becquerel (1820-1891) adalah seorang fisikawan berkewarganegaraan Prancis. Ia dikenal atas gagasan mengenai pengetahuan atas bahan-bahan yang dapat menampilkan fenomena luminesensi dan efek fotovoltaik. Edmond Becquerel merupakan penemu dari sel surya sederhana yang mampu mengubah intensitas cahaya menjadi energi listrik dari elektroda berbahan perak klorida dan perak bromida. KeluargaAlexandre Edmond Becquerel merupakan anak dari seorang fisikawan. Ayahnya bernama Antoine Cesar Becquerel.[1] GagasanLuminesensiAlexandre Edmond Becquerel (1820-1891) menjadi salah satu ilmuwan yang mengadakan penyelidikan ilmiah mengenai fenomena luminesensi pada abad ke-19 M. Ia mengadakan penyelidikannya di Prancis. Pada masa yang sama, ilmuwan lain yang menyelidiki luminesensi secara ilmiah ialah George Gabriel Stokes (1819-1903) di Inggris.[2] Efek fotovoltaikPada tahun 1839, Alexandre Edmond Becquerel menggagas pengetahuan bahwa pengubahan cahaya menjadi listrik dapat terjadi menggunakan bahan tertentu. Ketika itu, ia masih berusia 19 tahun.[3] Ia mengadakan percobaan dan pengamatan lalu mencatat bahwa ketika salah satu dari dua elektroda yang identik disinari di dalam larutan konduktif lemah, maka akan timbul tegangan listrik. Ini merupakan efek fotovoltaik yang pertama kali diamati sebagai suatu fenomena fisika.[4] Dalam suatu tulisannya pada tahun 1839, Edmond Becquerel menyatakan bahwa suatu tegangan listrik dapat dihasilkan melalui suatu berkas cahaya. Caranya dengan mengarahkan cahaya ke elektroda-elektroda yang disimpan dalam suatu larutan elektrolit.[5] PenemuanSel suryaAlexandre Edmond Becquerel berhasil menemukan sel surya sederhana melalui gagasan untuk mengadakan pemanfaatan energi secara tidak langsung. Ia menetapkan pengadaan penemuan peralatan yang mampu menyerap panas dan sinar matahari untuk disimpan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Peralatan ini akan digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia.[6] Pada tahun 1839, Becquerel menemukan cara memperoleh tenaga listrik dari sinar matahari melalu sebuah percobaan fisika. Ia menyinari dua unit elektroda dengan berbagai macam cahaya. Elektroda yang disinari dibalut dengan dua bahan yang sensitif ketika terkena cahaya yaitu perak klorida dan perak bromida. Percobaan diadakan di dalam kotak hitam yang sekelilingnya telah diberi larutan asam. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan intensitas cahaya selalu diikuti oleh peningkatan tenaga listrik pada bahan yang sensitif terhadap cahaya. Penemuan ini menjadi landasan bagi pengembangan teknologi sel surya oleh peneliti-peneliti lainnya.[7] Referensi
|