Ahmad Awadh bin Mubarak
Ahmad Awad bin Mubarak adalah seorang politisi Yaman yang menjadi Perdana Menteri Yaman sejak 5 Februari 2024.[1] Dia juga menjabat Menteri Luar Negeri Yaman. Sebelumnya dia adalah Duta Besar Yaman untuk Amerika Serikat. Kehidupan awal dan pribadiMubarak lahir pada 1968 di kota Aden. Dia memiliki tiga orang anak.[2] Ayahnya adalah seorang pedagang. Dia menerima gelar PhD dari administrasi bisnis dari Baghdad University[3] dan seorang professor di Sana'a University, dimana dia mengepalai pusat administrasi bisnis, yang dikelola bersama antara Sanaa University dan Maastricht School of Management (MSM). Dr. Mubarak terkait sebagai professor pada program MBA bersama oleh MSM dan Sanaa University. Sebelumnya, dia bertindak sebagai konsultan untuk beberapa proyek internasional di Yaman untuk pendidikan, pekerjaan dan pengembangunan internasional. Dia juga merupakan anggota dari dewan administratif untuk Dana Pembangunan Pemimpin Muda dan telah memimpin banyak konsultasi administratif, acara pelatihan dan lokakarya untuk banyak asosiasi publik dan privat di Yaman, Bahrain, Burundi, Ethiopia, Rumania, Belanda, Perancis dan Jerman. Di Science and Technology University di Sanaa, dia bertindak sebagai Kepala Departemen administrasi teknologi informasi dan administrasi produksi, dan juga menjadi manager pengawasan kualitas dan pembangunan dari 2007 hingga 2009. PolitikPada Maret 2013, Bin Mubarak dipilih sebagai sekretaris jenderal dari konferensi dialog rekonsiliasi nasional, yang terdiri dari perwakilan semua partai politik dan kelompok sosial, dan ditugaskan untuk melakukan reformasi. Organisasi ini dibubarkan pada Januari 2014 setelah mengakui sebuah sistem politik federal untuk negara.[2] Dia kemudian menjadi direktur dari Kantor Presiden.[3] Setelah pemerintah Yaman yang didukung oleh Saudi melakukan pemboman di bagian utara negara, kelompok Houthi, yang berasal dari utara, dekat perbatasan dengan Saudi, melakukan protes di ibukota Sana'a. Pengunjuk rasa bersenjata mengambil alih wilayah pemerintah. Pemberontakan ini mengakibatkan Perdana Menteri Mohammed Basindwa mengundurkan diri. Bin Mubarak kemudian dipromosikan dari Kepala Staff dan diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi meskipun mendapat penolakan dari kelompok Houthi, yang menyarakan kurangnya kesepakatan bersama untuk menyelesaikan konflik.[4] Namun, Ahmad mengundurkan diri dari posisinya pada 9 Oktober 2014. Bin Mubarak diculik oleh kelompok bersenjata yang diyakini setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh di Sana'a pada 17 Januari 2015.[5] Houthi dan pemerintah melakukan kesepakatan pada 21 Januari untuk mengakhiri pertempuran dan kekacauan politik selama satu bulan di ibukota, yang kesepakatannya termasuk pembebasan Mubarak, tetapi kemudian kesepakatannya batal dengan cepat karena Hadi dan para menterinya mengundurkan diri karena tekanan dari pemberontak.[6] Dia kemudian dilaporkan dibebaskan di Shabwa Governorate pada 27 Januari, sepuluh hari setelah penculikannya.[7] Pada 3 August 2015, dia ditunjuk sebagai Duta Besar Yaman untuk Amerika Serikat[8] dan juga ditunjuk sebagai Duta Besar di Perserikatan Bangsa Bangsa di 2018.[9] Pada 5 Februari 2024, Dewan Kepemimpinan Presidensial yang diakui secara internasional menunjuk Bin Mubarak sebagai Perdana Menteri, menggantikan Maeen Abdulmalik Saeed.[10] Referensi
|