Abdullah al-Qasemi
Abdullah Al-Qasemi (1907 – 9 Januari 1996) (bahasa Arab: عبدالله القصيمي) adalah seorang penulis dan intelektual abad ke-20 asal Arab Saudi. Ia adalah salah satu intelektual paling kontroversial di dunia Arab karena perubahan radikalnya dari membela Salafisme menjadi membela ateisme dan menolak agama terorganisir. Ia mempertanyakan keberadaan Tuhan dan mengkritik agama, yang menyebabkan tuduhan bahwa ia menjadi ateis, sehingga buku-bukunya dicekal di seluruh belahan dunia Arab.[2] SejarahPerjalanan hidup Abdullah Al Qasemi bermula pada 1907 di Buraydah, Arab Saudi. Sejak lahir, dia selalu diberi nilai-nilai pendidikan agama Islam. Sang Ayah diketahui sangat rutin memberi pelajaran Islam ke Qasemi sejak masih dini. Qasemi pun tak kuasa menolak dan hanya bisa manut karena masih kecil.[3] Dia pernah mengenyam pendidikan di sekolah Syeikh Ali Mahmoud. Setelah ayahnya meninggal pada 1992, seorang pedagang bernama Abdulaziz Al-Rashed Al-Humaid yang terkesan dengan Al-Qasemi membawanya ke Irak untuk belajar. Dia pun akhirnya masuk ke sekolah Syeikh Amin Shanqeeti, Zubair, Irak.[4] Setelah itu, dia melakukan perjalanan ke India dan menghabiskan waktu sekitar dua tahun untuk belajar di sana. Dia belajar bahasa Arab, hadits, dan dasar syariah Islam. Kemudian, dia kembali ke Irak dan masuk ke sekolah al-Kazimiyah sebelum akhirnya memutuskan tinggal di Kairo.[4] Di Kairo, Al-Qasimi belajar di Universitas Al-Azhar pada tahun 1927. Selama menjadi mahasiswa di Mesir, dia menulis berbagai buku. Salah satu tulisannya yang cukup populer adalah buku berjudul ‘As-Shira Baini al-Islam wa al-Watsaniyyah’ yang berarti Peperangan antara Islam dan Pemuja Berhala.[4] Buku tersebut mendapat banyak pujian, salah satunya dari guru Al-Qasimi sendiri, yaitu Syekh Shali Munajid yang mengatakan bahwa Al-Qasimi dengan bukunya tersebut sudah membayar mahar untuk masuk surga.[4] Namun, selain itu dia juga menulis beberapa buku kontroversial yang menyinggung para ulama di Al-Azhar.[4] Ia membela gerakan Salafi. Pembelaan ini dituangkan dalam berbagai karya dan orasi ilmiah. Dukungan Qasemi terhadap Salafi membuat pihak kampus geram. Alhasil, pada 1931 dia dikeluarkan dari Al-Azhar. [3] Setelah kejadian itu, Al Qasimi mengubah cara pandangnya.[4] Setelah tak lagi jadi mahasiswa, pemikiran Qasemi seketika berubah. Dari semula anak religius berkat orang tua, pendukung Salafi, kemudian beralih jadi orang yang meninggalkan kewajiban agama Islam. Puncaknya, dia memantapkan diri sebagai ateis atau tidak mengakui adanya Tuhan.[3] Keputusan menjadi ateis ini membuat heran banyak orang. Apalagi, dibarengi juga oleh terbitnya karya-karya baru. Salah satu yang kontroversial adalah The Lie to See God Beautiful (Mereka Berbohong untuk Melihat Tuhan yang Indah). Lewat buku itu, dia mempertanyakan rasionalitas dan dogma agama yang selama ini dianut masyarakat. Dia merubah pandangannya sampai dicap sebagai atheis. Transformasi dari pendukung salafisme menjadi atheis yang mengadopsi ideologi dan pemikiran bebas (liberal), membuatnya banyak dihujat oleh orang lain.[4] Percobaan pembunuhanAl Qasimi tercatat dua kali selamat dari upaya pembunuhan di Mesir dan Lebanon. Bahkan, dia sempat mendekam di penjara atas dorongan pemerintah Yaman. Alasannya adalah karena dia memiliki pengaruh besar terhadap siswa Yaman sering bertemu dengannya. Pemikirannya tersebut dianggap berbahaya dan tidak cocok untuk Islam.[4] Filosofi di akhir hayatBeberapa orang mengatakan bahwa Al-Qassimi telah kembali ke Islam di akhir hidupnya, dan mengabdikan dirinya untuk membaca Al-Qur'an. Temannya Ibrahim Abdel Rahman membenarkan dalam sebuah wawancara dengan Al-Arabiya.net bahwa dia sedang membaca Al-Qur'an. an di akhir hayatnya pada tanggal 1 Oktober 2016 M,[5] namun ia membenarkan dalam sebuah wawancara. Ia kemudian mengungkapkan dalam acara pada tahun 2022 bahwa Al-Qassimi tidak pernah rujuk dari pemikirannya sebelum kematiannya.[6] Atas dasar ini, Qasemi jadi hujatan banyak orang dan musuh masyarakat. Perlahan, Buku-buku dan karya lainnya yang mengkritik agama dilarang banyak negara Timur Tengah. Banyak juga pihak yang memintanya dihukum mati karena upayanya itu. Bahkan, masih mengutip Al Arabiya, pada 1954 pemerintah Mesir memberlakukan "persona non grata" atau pengusiran kepada Qasemi imbas pemikirannya meluas. Pemerintah tak ingin ada Qasemi lain bermunculan.[3] KematianDi akhir hidupnya, Abdullah Al-Qasimi sempat dirawat di Rumah Sakit Ain-Shams, Kairo pada Desember 1995. Dan pada 9 Januari 1996, dia meninggal karena penyakit kanker dan dimakamkan bersama istrinya di Bab al-Wazir, Mesir.[4] Referensi
|