Qin Shi Huang
Qin Shi Huang (Hanzi: 秦始皇, ⓘ; Februari 259[e] – 12 Juli 210 SM) adalah pendiri Dinasti Qin dan kaisar Tiongkok pertama.[9] Dari mempertahankan gelar "raja" (wáng 王) yang diadopsi oleh penguasa Shang dan Zhou sebelumnya, ia mengadopsi gelar "kaisar" yang ia ciptakan (huángdì 皇帝), yang akan digunakan terus-menerus oleh raja-raja di Tiongkok selama dua milenium berikutnya. Lahir di Handan, ibu kota Zhao, sebagai Ying Zheng (嬴政) atau Zhao Zheng (趙政), Orang tuanya adalah Raja Zhuangxiang dari Qin dan Ibu Suri Zhao. Pedagang kaya Lü Buwei membantunya menggantikan ayahnya sebagai raja Qin, setelah itu ia menjadi Raja Zheng dari Qin. Pada tahun 221 SM, ia telah menaklukkan semua negara-negara yang berperang lainnya dan menyatukan seluruh Tiongkok, dan ia naik takhta sebagai kaisar pertama Tiongkok. Selama masa pemerintahannya, para jenderalnya memperluas wilayah negara Tiongkok secara besar-besaran: kampanye di sebelah selatan Chu. Chu secara permanen menambahkan wilayah Yue di Hunan dan Guangdong ke dalam Sinosfer, dan kampanye Qin melawan Xiongnu di Asia Dalam berhasil menaklukkan Lingkar Ordos dari Xiongnu yang nomaden, walaupun Xiongnu kemudian bersatu di bawah komando Modu Chanyu. Qin Shi Huang juga bekerja sama dengan menterinya Li Si untuk memberlakukan reformasi ekonomi dan politik besar yang bertujuan untuk menstandardisasi berbagai praktik negara Tiongkok awal. Dia secara tradisional dikatakan telah melarang dan membakar banyak buku serta mengeksekusi para sarjana. Proyek pekerjaan umum yang dikerjakannya mencakup penggabungan beberapa tembok negara menjadi satu Tembok Besar Tiongkok dan sistem jalan raya nasional baru yang besar, serta mausoleum seukuran kota yang dijaga oleh Tentara Terakota seukuran manusia. Ia memerintah hingga meninggal pada tahun 210 SM, selama kunjungan kelima di Tiongkok timur.[10] Qin Shi Huang sering digambarkan sebagai seorang tiran dan penganut Legalis yang ketat—karakterisasi yang sebagian berasal dari penilaian pedas yang dibuat selama Dinasti Han yang menggantikan Qin. Sejak pertengahan abad ke-20, para sarjana mulai mempertanyakan evaluasi ini, yang memicu diskusi besar tentang sifat sebenarnya dari kebijakan dan reformasinya. Menurut pakar sinologi Michael Loewe "sedikit orang yang akan menentang pandangan bahwa pencapaian-pencapaian pada masa pemerintahannya telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada seluruh sejarah Tiongkok setelahnya, menandai dimulainya suatu zaman yang ditutup pada tahun 1911".[11] KematianKaisar Pertama wafat saat melakukan ekspedisi ke seluruh negeri. Perjalanan ini dilakukan untuk mengambil hati rakyat dan para adipati serta pangeran dari negara-negara yang ditaklukannya. Di tengah perjalanan ia bertemu kembali dengan Xu Fu, seorang yang diperintahkannya untuk mencari "obat keabadian" atau disebut juga "obat panjang umur". Untuk menghindari kemarahan sang kaisar, Xu Fu berkelit dengan mengatakan bahwa perjalanan untuk mencari obat tersebut sangat sulit, karena obat tersebut berada di puncak gunung sebuah pulau di tengah lautan. Xu Fu berencana menghindar dari tugas kaisar tersebut dengan mengatakan bahwa kaisar harus menangkap seekor ikan raksasa dahulu, tetapi dengan berani kaisar berhasil memanah seekor ikan raksasa dan Xu Fu harus menuruti tugas kaisar. Bagaimanapun juga Xu Fu yang telah memprediksi bahwa ia tidak akan bisa menemukan obat keabadian dan jika ia pulang dengan tangan hampa, maka kaisar pasti akan membunuhnya. Ia dengan senang hati menerima tugas dari kaisar tersebut, dengan syarat kaisar menyertakan 500 prajurit dalam perjalanannya, dikarenakan perjalanan untuk mengambil obat abadi itu akan menemui banyak rintangan dan halangan seperti iblis-iblis ataupun siluman. Namun Xu Fu berlayar dan tidak pernah kembali. Diperkirakan Xu Fu mendarat di Jepang. Kaisar wafat dan menginginkan putera pertama bernama Fusu yang menggantikannya. Namun pesan kaisar pertama tersebut tidak pernah sampai, karena Zhao Gao, kasim kepercayan sekaligus penyampai pesan terakhir kaisar pertama bersekongkol dengan Li Si untuk mengubah pesan kaisar pertama menjadi mengangkat anak ke-26 kaisar, Huhai menggantikan ayahnya dan menyuruh Fusu serta Jenderal Meng Tian bunuh diri dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Zhao Gao melakukan hal ini karena ia ingin mempertahankan kedudukannya, karena ia akan dicopot dari jabatannya jika ketahuan suka menjilat dan korup oleh Fusu. Sedangkan Li Si pernah berseteru dengan Fusu saat menangani masalah cendekiawan aliran Konfusius. Catatan
Referensi
BibliografiAwal
Modern
Bacaan lanjutan
Pranala luar
|