Pandangan Kristen tentang kemiskinan dan kekayaanTerdapat beragam pandangan Kristen tentang kemiskinan dan kekayaan. Pada satu sisi, ujung spektrumnya adalah pandangan yang memandang kekayaan dan materialisme sebagai sebuah kejahatan yang patut dihindari dan bahkan dilawan. Di sisi lain, ujungnya adalah sebuah pandangan yang menunjung kemakmuran dan kebaikan sebagai berkat Allah. Beberapa orang menganbil posisi pertama untuk menyampaikan topik dalam kaitannya dengan kapitalisme neoliberal modern yang membentuk dunia Barat. Teolog Amerika John B. Cobb berpendapat bahwa "ekonomisme yang mengatur Barat dan dianggap juga demikian di Timur" secara langsung berlawanan dengan doktrin Kristen tradisional. Cobb menyatakan bahwa Yesus mengajarkan bahwa "manusia tak dapat melayani Allah sekaligus Mammon (kekayaan)". Ia menyatakan bahwa "masyarakat Barat dihimpun dalam pelayanan terhadap kekayaan" dan sehingga kekayaan telah menang atas Allah di dunia Barat.[1] Teolog Skotlandia Jack Mahoney mengkarakterisasikan firman Yesus dalam Markus 10:23–27 "menekankan diri mereka sangat mendalam pada komunitas Kristen sepanjang berabad-abad bahwa orang-orang yang hidup kaya, atau bahkan hidup nyaman, sering kali merasa tak mudah dan terguncang dalam hati nurani."[2] Beberapa umat Kristen menganggap bahwa pemahaman kemakmuran dari ajaran-ajaran Kristen tentang kekayaan dan kemiskinan butuh mengabil pandangan yang lebih besar dimana akumulasi kekayaan tak menjadi fokus utama kehidupan seseorang namun lebih kepada sumber daya untuk memajukan "kehidupan yang baik".[3] Profesor David W. Miller membuat rubrik tiga bagian yang mewakili tiga sikap menonjol di kalangan Protestan terhadap kekayaan. Menurut rubrik tersebut, umat Protestan secara bermacam-macam memandang kekayaan sebagai: (1) sebuah tawaran untuk iman Kristen (2) sebuah tantangan terhadap iman dan (3) keluar dari iman.[4] Referensi
Bacaan tambahan
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Pandangan Kristen tentang kemiskinan dan kekayaan. |