Museum Kebudayaan Wolio
Benteng ini terbuat dari bahan alami batu gunung yang disusun rapi memakai kapur sebagai perekat serta mempunyai 12 pintu masuk dan keluar dengan nama masing- masing. Didalam benteng sendiri terdapat beberapa peninggalan sejarah berupa Mesjid Agung Keraton dan Tiang bendera setinggi 50 M yang juga dibangun sekitar abad 16.[2] Jadwal museum ini hanya dibuka pada waktu tertentu dan para pengunjung diharapkan memberi tahu pihak pengurus museum terlebih dahulu. Sejarah.Pada tahun 1980, bekas istana Kesultanan Buton digagas dan diubah menjadi pusat kebudayaan atau museum khusus tentang suku Wolio. Gagasan ini diberikan oleh La Ode Manarfa Kaimuddin Khalifatul Khamis yang merupakan putra dari Sultan Buton ke-38.[3] Tujuan utama museum ini adalah sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, melestarikan dan memamerkan benda-benda peninggalan sultan serta para kerabatnya. Museum ini berdiri di lahan seluas 1,5 ha dengan bangunan berupa rumah panggung sepanjang 15 x 25 yang mempunyai dua lantai dan masih dikelola oleh keluarga keturunan Sultan Buton ke-38. Koleksi.Isi koleksi museum ini merupakan benda-benda peninggalan Sultan Buton ke-38 yang terdiri dari:
Tata pameran.Rumah museum ini terbagi dua lantai yang dimana setiap lantainya memamerkan objek yang berbeda, seperti:
Referensi
Pranala luar
|