Confessions (film 2010)
Confessions (告白 , Kokuhaku, "Pengakuan") adalah sebuah film drama Jepang tahun 2010 yang disutradarai oleh Tetsuya Nakashima. Film ini disadur dari novel misteri debut 2008 buatan seorang ibu rumah tangga yang menjadi pengarang bernama Kanae Minato, yang memenangkan penghargaan Honya Taisho 2009 (Penghargaan Penjualan Buku Jepang).[2] AlurYuko Moriguchi (Takako Matsu), seorang guru SMP, mengumumkan kepada kelasnya bahwa ia akan mengundurkan diri sebelum liburan musim semi. Ia menceritakan bahwa ia dulu sering membawa putrinya yang berusia empat tahun, Manami, ke sekolah karena ayah Manami yang mengidap HIV sedang sakit. Namun, suatu hari Manami ditemukan tewas tenggelam di kolam renang sekolah. Yuko kemudian mengungkap bahwa dua siswa di kelasnya, yang ia sebut "Murid A" dan "Murid B," bertanggung jawab atas kematian putrinya. Yuko curiga setelah menemukan dompet kecil berbentuk kelinci di antara barang-barang Manami yang tidak seharusnya ada. Ia memutuskan untuk bertanya kepada Shuya Watanabe (Murid A), yang akhirnya mengaku telah membunuh Manami. Shuya berpura-pura hendak melompat keluar jendela sebagai bentuk penyesalan, namun segera mengejek reaksi Yuko dengan mengatakan, "Cuma bercanda." Yuko menjelaskan bahwa karena pelaku adalah anak di bawah umur, mereka dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Anak yang tidak memungkinkan mereka dihukum dengan adil. Sebagai seorang guru, Yuko merasa perlu memberikan pelajaran kepada mereka. Ia mengungkap bahwa ia telah menyuntikkan darah yang terkontaminasi HIV dari ayah Manami ke dalam karton susu yang dikonsumsi oleh kedua siswa tersebut, sebagai bentuk balas dendam. Selanjutnya, cerita beralih ke dampak pengakuan Yuko dan bagaimana kejadian-kejadian tersebut memengaruhi para siswa, dengan narasi orang pertama dari Yuko serta tiga siswa lainnya. Naoki Shimomura (Murid B) menjadi penyendiri, percaya bahwa ia telah tertular AIDS dari susu yang terkontaminasi. Ibunya yang mengetahui keterlibatan Naoki dalam kematian Manami memutuskan untuk melakukan pembunuhan-bunuh diri agar keduanya dapat terbebas dari rasa bersalah. Namun, dalam perjuangannya, Naoki secara tidak sengaja membunuh ibunya dan akhirnya ditangkap oleh polisi. Sementara itu, Shuya mengungkapkan bahwa ibunya sering mengabaikan dan menyiksanya sebelum meninggalkan keluarganya untuk mengejar karier ilmiah. Pengabaian tersebut mendorong Shuya untuk unggul dalam bidang sains, mulai dari membuat penemuan kecil hingga merekam aksinya membunuh dan membedah hewan. Suatu ketika, Shuya berhasil menciptakan sebuah dompet anti-pencuri elektrik yang memenangkan penghargaan di pameran sains, tetapi tidak mendapat perhatian media karena fokus publik lebih tertarik pada kasus "Pembunuhan Lunacy." Shuya kemudian memutuskan untuk menguji dompet tersebut pada Manami, dengan bantuan Naoki. Ketika diuji, dompet tersebut membuat Manami tidak sadarkan diri, dan Shuya mengira Manami telah meninggal. Dalam kemarahan, Naoki melempar tubuh Manami ke kolam, menyebabkan kematiannya dan mengungkap bahwa Naoki adalah pembunuh sebenarnya. Mizuki Kitahara, teman sekelas mereka, memberitahu Shuya bahwa ia tidak percaya Yuko tentang susu yang terkontaminasi, karena metode tersebut tampaknya tidak mungkin menularkan HIV. Mizuki juga mengungkapkan bahwa ia mengidentifikasi dirinya dengan pelaku perempuan dalam kasus "Pembunuhan Lunacy," yang meracuni orang tuanya. Mizuki dan Shuya pun menjalin hubungan romantis, tetapi hubungan mereka berakhir tragis ketika Shuya membunuh Mizuki setelah sebuah konfrontasi mengenai kompleks pengabaiannya. Shuya kemudian mengunjungi universitas tempat ibunya bekerja, berharap untuk bertemu dengannya, hanya untuk mengetahui bahwa ibunya telah menikah lagi. Merasa ibunya melupakannya, Shuya merencanakan untuk meledakkan bom di sekolahnya saat upacara kelulusan. Namun, bom tersebut tidak meledak. Shuya menerima telepon dari Yuko, yang mengungkapkan bahwa ia telah memindahkan bom itu ke kantor ibunya, dan menjelaskan bahwa ini adalah bentuk balas dendam terakhirnya. Yuko memberi tahu Shuya bahwa ia sekarang berada di jalur penebusan, dan dengan balas dendamnya yang selesai, Shuya telah menjalani bagian terakhir dari perjalanan emosionalnya. Akhirnya, Yuko tertawa dan berkata, "Cuma bercanda." Pemeran
SambutanPenghargaan dan NominasiFilm tersebut terpilih sebagai entri Jepang untuk Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards ke-83.[3] Pada Januari 2011, film tersebut masuk daftar pendek Januari dan maju ke putaran pemungutan suara berikutnya.[4] Di Japan, film tersebut mula-mula memenangkan kategori Film Terbaik dan Aktris Pendukung Terbaik di Blue Ribbon Awards ke-53, yang merupakan salah satu penghargaan sinema nasional paling prestisius di Jepang. Kemudian, film tersebut memenangkan penghargaan untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Permainan Latar Terbaik dan Penyunting Terbaik di Penghargaan Akademi Jepang ke-34.[5][6] Selain itu, film tersebut mendapatkan 6 nominasi dalam Penghargaan Film Asia ke-5, yang merupakan salah satu film dengan nominasi terbanyak (dengan Let the Bullets Fly).
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|