Sehzade Cihangir (1531–1553) adalah putra bungsu Hurrem Sultan dari Sultan Suleiman I.
Sejak kelahirannya ia telah bergulat dengan banyak masalah, salah satunya penyakit bungkuknya. Ia mendedikasikan dirinya sebagai penasehat kerajaan, dimana dari usia kecilnya ia banyak belajar dari banyak buku pengetahuan dan menjadi bijaksana. Ia sadar bahwa sebagai pangeran yang tidak sempurna ia tidak mungkin meneruskan tahta ayahnya, dan tidak diangkat menjadi gubernur sebuah provinsi. Kebijaksanaa Sehzade Cihangir membawanya kepada kesetiaan Sehzade Mustafa, bahkan ia tidak mempercayai ibundanya Hurrem Sultan dan saudara saudaranya. Ia menjadi mata mata Sehzade Mustafa saat mustafa diasingkan dari Istana. Atas perintah Suleiman I Mimar Sinan merancang mesjid megah untuk tempat peristirahatan terakirnya setelah kematiannya.
Catatan kaki